Minggu, 17 Juli 2016

Makalah Matematika & Ilmu Alamiah Dasar (Bab 15)

Makalah Matematika & Ilmu Alamiah Dasar



Disusun oleh :
Nama                   : Rhaeditias Inggartika
Kelas                    : 1PA13
NPM                    : 15515863
Mata Kuliah         : Ilmu Alamiah Dasar
Dosen                   : Tri Surawan
                                     


UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS /JURUSAN PSIKOLOGI
2016





BAB 15
Logika 
    1.    Konsep dan Notasi Dasar Pada Proposisi
Proposisi
Di dalam matematika, tidak semua kalimat berhubungan dengan logika. Hanya kalimat yang bernilai benar atau salah saja yang digunakan dalam penalaran. Kalimat tersebut dinamakan proposisi (preposition).

Proposisi adalah kalimat deklaratif yang bernilai benar (true) atau salah (false), tetapi tidak dapat sekaligus keduanya. Kebenaran atau kesalahan dari sebuah kalimat disebut nilai kebenarannya (truth value). Contoh berikut ini dapat mengilustrasikan kalimat yang merupakan proposisi dan mana yang bukan.

Contoh 1.1
a)    6 adalah bilangan genap
b)    Soekarno adalah Presiden Indonesia yang pertama
c)    2 + 2 = 4
d)    Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah Semarang
e)    12 ≥ 19
f)     Kemarin hari hujan
g)    Suhu di permukaan laut adalah 21 derajat celcius
h)   Pemuda itu tinggi
i)     Kehidupan hanya ada di Planet Bumi
Semuanya merupakan proposisi. Proposisi a, b, c bernilai benar, tetapi proposisi d salah karena ibukota Jawa Barat seharusnya Bandung dan proposisi e bernilai salah karena seharusnya 12 ≤ 19. Proposisi f sampai I memang tidak dapat langsung ditetapkan kebenarannya, namun satu hal yang pasti, proposisi-proposisi tersebut tidak mungkin benar dan salah sekaligus. Kita bisa menetapkan nilai proposisi tersebut benar atau salah. Misalnya, proposisi f bias kita andaikan benar (hari kemarin memang hujan) atau salah (hari kemarin tidak hujan). Demikian pula halnya untuk proposisi g dan h. Proposisi i bisa benar atau salah, karena sampai saat ini belum ada ilmuwan yang dapat memastikan kebenarannya.
Contoh 1.2
a)    Jam berapa kereta api Argo Bromo tiba di Gambir?
b)    Serahkan uangmu sekarang!
c)    x + 3 = 8
d)    x > 3
bukan proposisi. Kalimat a adalah kalimat Tanya, sedangkan kalimat b adalah kalimat perintah, keduanya tidak mempunyai nilai kebenaran. Dari contoh 1.1 dan 1.2 di atas, dapat disimpulkan bahwa proposisi selalu dinyatakan sebagai kalimat berita, bukan sebagai kalimat Tanya maupun kalimat perintah. Kalimat c dan d bukan proposisi karena kedua kalimat tersebut tidak dapat ditentukan benar maupun salah sebab keduanya mengandung peubah (variable) yang tidak dispesifikasikan nilainya. Tetapi kalimat
“Untuk sembarang bilangan bulat n ≥ 0, maka 2n adalah bilangan genap”
Bidang logika yang membahas proposisi dinamakan kalkulus proposisi(propositional calculus) atau logika proposisi (propositional logic).

Secara simbolik, proposisi biasanya dilambangkan dengan huruf kecil sepertipqr, …. misalnya,
p: 6 adalah bilangan genap,
Untuk mendefinisikan p sebagai proposisi “6 adalah bilangan genap”. Begitu juga untuk
q : soekarno adalah Presiden Indonesia yang pertama.
r : 2 + 2 = 4. dan sebagainya.

Mengkombinasikan Proposisi
Operator yang digunakan untuk mengkombinasikan proposisi disebutoperator logika. Operator logika dasar yang digunakan  adalah dan (and),atau (or), dan tidak (not). Dua operator pertama dinamakan operator binerkarena operator tersebut mengoperasikan dua buah proposisi, sedangkan  operator ketiga dinamakan operator uner karena ia hanya membutuhkan satu buah proposisi.

Proposisi baru yang diperoleh dari pengkombinasian tersebut dinamakanproposisi majemuk (compound proposition). proposisi yang bukan merupakan kombinasi proposisi lain disebut proposisi atomik. Proposisi majemuk ada tiga macam, yaitu konjungsi, disjungsi, dan ingkaran. Ketiganyadidefinisikan sebagai berikut:

DEFINISI. Misalkan  dan adalah proposisi. Konjungsi (conjunction) dan , dinyatakan dengan notasi , adalah proposisi
p dan
Disjungsi (disjunction)  dan , dinyatakan dengan notasi , adalah proposisi

p atau
Ingkaran atau (negation) dari , dinyatakan dengan p, adalah proposisi tidak p

Catatan:
1.      Beberapa literatur menggunakan notasi “p”, ””, atau ”not p” untuk menyatakan lingkaran.
2.      Kata “tidak” dapat dituliskan di tengah pernyataan. Jika kata “tidak” diberikan di awal pernyataan maka ia biasanya disambungkan dengan kata “benar” menjadi “tidak benar”. Kata “tidak” dapat juga diganti dengan “bukan” bergantung dengan rasa bahasa yang tepat untuk pernyataan tersebut.

Berikut contoh-contoh proposisi majemuk dan notasi simboliknya. Ekspresi proposisi majemuk dalam notasi simbolik disebut juga ekspresi logika.
Contoh 1.2
Diketahui proposisi-proposisi berikut:
p: Hari ini hujan
q : Murid-murid diliburkan dari sekolah

Maka
pq : Hari ini hujan dan murid-murid diliburkan dari sekolah
pq : Hari ini hujan atau murid-murid diliburkan dari sekolah
p : Tidak benar hari ini hujan (atau dalam kalimat lain yang lebih lazim: Hari ini tidak hujan)

     2.    Nilai Kebenaran Setiap Variabel
Nilai kebenaran dari proposisi majemuk ditentukan oleh nilai kebenaran dari proposisi atomiknya dan cara mereka dihubungkan oleh operator logika.
1.      Misalkan dan adalah proposisi.
·         Konjungsi p ^ q bernilai benar jika dan q keduanya benar, selain itu nilainya salah
·         Disjungsi p v q bernilai salah jika dan q keduanya salah, selain itu nilainya benar
·         Negasi p, yaitu ~p, bernilai benar jika p salah, dan sebaliknya

Misalkan
p: 17 adalah bilangan prima
q: bilangan prima selalu ganjil

Jelas bahwa p bernilai benar dan bernilai salah sehingga konjungsi p ^ q: 17 adalah bilangan prima dan bilangan prima selalu ganjil adalah salah. Satu cara yang praktis untuk menentukan nilai kebenaran proposisi majemuk adalah menggunakan tabel kebenaran. Tabel kebenaran menampilkan hubungan antara nilai kebenaran dari proposisi atomik. Tabel 1.1 menunjukkan tabel kebenaran untuk konjungsi, disjungsi, dan ingkaran. Pada tabel tersebut, T=true(benar), dan F=false(salah).


Tabel 1.1 Tabel kebenaran konjungsi, disjungsi, dan ingkaran
P
Q
p ^ q
T
T
T
T
F
F
F
T
F
F
F
F


P
Q
p  v q
T
T
T
T
F
T
F
T
T
F
F
F


P
q
T
F
F
T
Contoh soal: Jika p, q, radalah proposisi. Bentuklah tabel kebenaran dari ekspresi logika
(p ^ q) v (~q ^ r)
Penyelesaian:
Ada 3 buah proposisi atomic di dalam ekspresi logika dan setiap proposisi hanya mempunyai 2 kemungkinan nilai, sehingga jumlah kombinasi dari semu proposisi tersebut adalah  buah. Tabel kebenaran dari proposisi (p ^ q) v (~q ^ r) ditunjukkan pada tabel 1.2.
Tabel 1.2 tabel kebenaran proposisi (p ^ q) v (~q ^ r)
P
Q
r
p ^ q
~q
~q ^ r
(p ^ q) v (~q ^ r)
T
T
T
T
F
F
T
T
T
F
T
F
F
T
T
F
T
F
T
T
T
T
F
F
F
T
F
F
F
T
T
F
F
F
F
F
T
F
F
F
F
F
F
F
T
F
T
T
T
F
F
F
F
T
F
F

Proposisi majemuk dapat selalu bernilai benar untuk berbagai kemungkinan nilai kebenaran masing-masing proposisi atomiknya, atau selalu bernilai salah untuk berbagai kemungkinan nilai kebenaran masing-masing proposisi atomiknya. Jadi, sebuah proposisi majemuk disebut tautologi jika ia benar untuk semua kasus, sebaliknya disebut kontradiksi jika ia salah untuk semua kasus.
Yang dimaksud dengan “semua kasus” di dalam definisi si atas adalah semua kemungkinan nilai kebenaran dari proposisi atomiknya. Proposisi tautologi dicirikan pada kolom terakhir pada tabel kebenarannya hanya memuat True. Proposisi kontradiksi dicirikan pada kolom terakhir pada tabel kebenarannya hanya memuat False.

Hukum – Hukum Proposisi
Proposisi, dalam kerangka hubungan ekivalen logika, memenuhi sifat-sifat yang dinyatakan dalam sejumlah hukum pada tabel di bawah.Beberapa hukum tersebut mirip dengan hukum aljabar pada system bilangan riil, misalnya a(b + c) = ab + ac, yaitu hukum distributif, sehingga kadang-kadang hukum logika proposisi dinamakan juga hukum-hukum aljabar proposisi.
1. Hukum identitas
i.            p v F ó p
ii.            p ^ T ó p
2. Hukum null dominasi
i.            p ^ F ó F
ii.            p v T ó T
3. Hukum negasi
i.            p v ~p ó T
ii.            p ^ ~p ó F
4. Hukum idempotent
i.            p v p ó p
ii.            p ^ p ó p
5. Hukum involusi
~(~p) ó p
6. Hukum penyerapan
i.            p v (p ^ q) ó p
ii.            p ^ (p v q) ó p
7. Hukum komutatif
i.            p v q ó q v p
ii.            p ^ q ó q ^ p
8. Hukum assosiatif
i.            p v (q v r) ó (p v q) v r
ii.            p ^ (q ^ r) ó (p ^ q) ^ r
9. Hukum distributif
i.            p v (q ^ r) ó (p v q) ^ (p v r)
ii.            p ^ (q v r) ó (p ^ q) v (p ^ r)
10.  Hikum de morgan
i.            ~(p ^ q) ó ~p v ~q
ii.            ~(p v q) ó ~p ^ ~q
Hukum-hukum logika di atas bermanfaat untuk membuktikan ke-ekivalenan dua buah proposisi. Selain menggunakan tabel kebenaran, ke-ekivalenan dapat dibuktikan dengan hukum-hukum logika, khususnya pada proposisi majemuk yang mempunyai banyak proposisi atomik. Bila suatu proposisi majemuk mempunyai n buah proposisi atomic, maka table kebenarannya terdiri dari  baris. Untuk yang besar jelas tidak praktis menggunakan tabel kebenaran, misalnya untuk n=10 terdapat  baris di dalam tabel kebenarannya.

Implikasi
Adalah suatu pernyataan majemuk p dan q yang digabung dengan memakai kata hubung logika “jika…maka…”.
Implikasi suatu pernyataan dilambangkan dengan p→q. Dibaca :
1.       Jika p maka q
2.       p berimplikasi q
3.       q hanya jika p
4.       p syarat cukup untuk q
5.       q syarat perlu untuk p
Pada  implikasi, p disebut anteseden (hipotesis), q disebut konklusi (kesimpulan).
Nilai kebenaran: untuk p→q bernilai salah hanya berlaku untuk p pernyataan bernilai benar dan q pernyataan bernilai salah.
P
q
p→q≡¬pVq
B
B
B
B
S
S
S
B
B
S
S
B

      3.    Tautologi dan Kontradiksi  
TAUTOLOGI
Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu benar untuk semua kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan komponennya. Sebuah Tautologi yang memuat pernyataan Implikasi disebut Implikasi Logis. Untuk membuktikan apakah suatu pernyataan Tautologi, maka ada dua cara yang digunakan. Cara pertama dengan menggunakan tabel kebenaran, yaitu jika semua pilihan bernilai B (benar) maka disebut Tautologi, dan cara kedua yaitu dengan melakukan penjabaran atau penurunan dengan menerapkan sebagian dari 12 hukum-hukum Ekuivalensi Logika.

Contoh: Lihat pada argumen berikut
Jika Tono pergi kuliah, maka Tini juga pergi kuliah. Jika Siska tidur, maka Tini pergi kuliah. Dengan demikian, jika Tono pergi kuliah atau Siska tidur, maka Tini pergi kulah.
Diubah ke variabel proposional:
A.  Tono pergi kuliah
B.  Tini pergi kuliah
C.  Siska tidur
Diubah lagi menjadi ekspresi logika yang terdiri dari premis-premis dan kesimpilan. Ekspresi logika 1 dan 2 adalah premis-premis, sedangkan ekspresi logika 3 adalah kesimpulan.
(1)   A → B                         (Premis)
(2)   C → B                         (premis)
(3) (A V C) → B                (kesimpulan)
Maka sekarang dapat ditulis: ((A → B) ÊŒ (C → B)) → ((A V C) → B
A
B
C
A → B
C → B
(A → B) ÊŒ (C → B)
A V C
(A V C) → B

B
B
B
B
S
S
S
S
B
B
S
S
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
B
S
B
B
S
S
B
B
B
B
B
B
S
B
B
B
S
B
B
B
S
S
B
B
S
B
B
B
B
B
B
S
B
S
B
B
S
S
B
B
S
B
B
B
B
B
B
B
BB
Dari tabel kebenaran diatas menunjukkan bahwa pernyataan majemuk :
((A → B) ÊŒ (C → B)) → ((A V C) → B adalah semua benar (Tautologi)[2].
Contoh tautologi dengan menggunakan tabel kebenaran:
1.       (p ÊŒ  ~q)  p
Pembahasan:
P
q
~q
(p ÊŒ ~q)
(p ÊŒ ~q)  p
B
B
S
S
B
S
B
S
S
B
S
B
S
B
S
S
B
B
B
B
Ini adalah tabel kebenaran yang menunjukkan Tautologi dengan alasan yaitu semua pernyataannya bersifat benar atau True (T). maka dengan perkataan lain pernyataan majemuk (p ÊŒ ~q)  p selalu benar.



2.       [(p  q) ÊŒ p] p  q
Pembahasan:
P
q
(p  q)
(p  q) ÊŒ p
[(p  q) ÊŒ p] p  q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
B
B
B
S
S
S
B
B
B
B
(1)           (2)              (3)                 (4)                      (5)
Berdasrkan tabel diatas pada kolom 5, nilai kebenaran pernyataan majemuk itu adalah BBBB. Dengan perkataan lain, pernyataan majemuk [(p  q) ÊŒ p] p  q selalu benar
Pembuktian dengan cara kedua yaitu dengan penjabaran atau penurunan dengan menerapkan sebagian dari 12 hukum-hukum ekuivalensi logika.
Contoh:
1.       (p ÊŒ q)  q
Penyelesaian:
(p ÊŒ q)  q  ~(p ÊŒ q) v q
~p v ~q v q
~p v T
T ………….(Tautologi)     
Dari pembuktian diatas telah nampaklah bahwa pernyataan majemuk dari (p ÊŒ q)  q adalah tautologi karena hasilnya T (true) atau benar.
Pembuktian dengan menggunakan tabel kebenaran dari pernyataan majemuk  (p ÊŒ q)  q yaitu:
P
q
(p ÊŒ q)
(p ÊŒ q)  q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
S
S
B
B
B
T
Pada tabel diatas nampaklah bahwa kalimat majemuk (p ÊŒ q)  q merupakan Tautologi.
1.       q  (p v q)
penyelesaian:
q  (p v q)     ~q v (p v q)
~q v (q v p)
T v p
T …………(Tautologi)

KONTRADIKSI
Kontradiksi adalah kebalikan dari tautologi yaitu suatu bentuk pernyataan yang hanya mempunyai contoh substansi yang salah, atau sebuah pernyataan majemuk yang salah dalam segala hal tanpa memandang nilai kebenaran dari komponen-komponennya. Untuk membuktikan apakah suatu pernyataan tersebut kontradiksi, maka ada dua cara yang digunakan. Cara pertama dengan menggunakan tabel kebenaran, yaitu jika semua pilihan bernilai F  atau salah maka disebut kontradiksi, dan cara kedua yaitu dengan melakukan penjabaran atau penurunan dengan menerapkan sebagian dari 12 hukum-hukum Ekuivalensi Logika.
Contoh dari Kontradiksi:
1.       (A ÊŒ ~A)
Pembahasan:
A
~A
(A ÊŒ ~A)
B
S
S
B
S
S
Dari tabel kebenaran diatas dapatlah disimpulkan bahwa pernyataan majemuk (A ÊŒ ~A) selalu salah.

2.       P ÊŒ (~p ÊŒ q)
Pembahasan:
P
q
~p
(~p ʌ q)
P ÊŒ (~p ÊŒ q)
B
B
S
S
B
S
B
S
S
S
B
B
S
S
B
S
S
S
S
S
Ini adalah tabel kebenaran yang menunjukkan kontradiksi dengan alasan yaitu semua pernyataan bernilai salah (F).
   4.    Ekivalensi Logika
1.        Ekuivalensi Logika
Dua atau lebih pernyataan majemuk yang mempunyai nilai kebenaran sama disebut ekuivalensi logika dengan notasi “ dua buah pernyataan majemuk dikatakan ekuivalen, jika kedua pernyataan majemuk itu mempunyai nilai kebenaran yang sama untuk semua kemungkinan nilai kebenaran pernyataan-pernyataan komponen-komponennya.
Hukum-Hukum Ekuivalensi Logika:
1.       Hukum komutatif:
p ÊŒ q     q ÊŒ p
p v q    q v p
2.       Hukum asosiatif:
(p ÊŒ q) ÊŒ r            p ÊŒ (q ÊŒ r)
(p v q) v r            p v (q v r)
3.       Hukum distributif:
p ÊŒ (q v r)         (p ÊŒ q) v (p ÊŒ r)
p v (q ÊŒ r)        (p v q) ÊŒ (p v r)
4.       Hukum identitas:
p ÊŒ T  p
p v F  p
5.       Hukum ikatan (dominasi):
P v T  T
P v F  F
6.       Hukum negasi:
P v ~p  T
P ÊŒ ~p  F
7.       Hukum negasi ganda (involusi):
~(~p)  p
8.       Hukum idempoten:
P ÊŒ p  p
p v p  p
9.       Hukum de morgan:
~( p ÊŒ q)  ~p v ~q
~(p v q)  ~p ÊŒ ~q
10.      Hukum penyerapan (absorpsi):
p v (P ÊŒ q)  p
P ÊŒ (p v q)  p
11.   Hukum T dan F:
~T  =  F
~F  =  T
12.   Hukum implikasi ke and/or:
P  q  ~p v q
Dengan adanya hukum-hukum diatas, penyelesaian soal-soal baik yang bersifat tautologi, kontradiksi dan ekuivalensi logika tidak hanya menggunakan tabel kebenaran namun juga bisa dengan menggunakan jalan penurunan yaitu dengan memanfaatkan 12 (dua belas) hukum-hukum ekuivalensi logika tersebut.

  5. Hukum-hukum Pada Aljabar Proposisi
Hukum-Hukum Aljabar Proposisi

Setiap proposisi yang saling ekuivalen dapat dipertukarkan atau diganti antara satu dengan yang lainnya. Dibawah ini disajikan daftar aturan penggantian untuk keperluan deduksi,
1. Hukum Idempoten (Idem)
a.       pq ek p                           b. pp ek p

2. Hukum Asosiatif (As)
a.       (pq)r ek p(qr)
b.      (pq)r ek p(qr)

3. Hukum  Komutatif (Kom)
a.       pq ek qp
b.      pq ek qp

4. Hukum Distributif (Dist)
a.       p(qr) ek (pq)(pr)
b.      p(qr) ek (pq)(pr)

5. Hukum identitas (Id)
a.       pF ek p
b.      pB ek B
c.       pS ek S
d.      pT ek p

6. Hukum Komplemen (Komp)
a.       p∨∼p ek B
b.      p∧∼p ek S
c.       (p) ek p
d.      B ek S

7. Hukum Transposisi
pq ek q⇒∼p

8.Hukum Implikasi (Imp)
pq ek pq

9.Hukum Ekivalensi (Eki)
a.       pq ek (pq)(qp)
b.      pq ek (pq)(q∧∼p)

10.Hukum Eksportasi (Eks)
(pq) r ek p(qr)
11.Hukum De Morgan
a.       (pq) ek p∧∼q
b.       (pq) ek p∨∼q

   6. Implikasi Logik
Implikasi Logis
“jika Andi rajin belajar maka Andi naik kelas”
Jika pada kenyataannya Andi rajin belajar maka sebagai konskuensi logis dari pernyataan di atas pasti Andi naik kelas.
Misal     p: Andi rajin belajar
q: Andi naik kelas
maka ((p→q)p)→q, nilainya akan selalu benar.
P
q
p→q
((p→q)p)
((p→q)p)→q
B
B
B
B
B
B
S
S
S
B
S
B
B
S
B
S
S
B
S
B
  
   7.    Fungsi Proposisi dan Himpunan Kebenaran
    Misalkan P(x) merupakan sebuah pernyataan yang mengandung variabel x dan D adalah sebuah himpunan (sembarang kumpulan obyek). Kita menyebut P sebuah fungsi proposisi (dalam D) jika untuk setiap x di D, P(x) adalah proposisi.
Contoh :
  1. Misalkan P(n) adalah pernyataan, n adalah bilangan ganjil dan D adalah himpunan bilangan bulat positif. Maka P adalah fungsi proposisi dengan daerah asal pembicaraan D karena untuk setiap n di D, P(n) adalah proposisi (yakni, untuk setiap n di D, P(n) bisa bernilai benar atau salah tetapi tidak keduanya). Jika n=1, dapat diperoleh proposisi. 1 adalah bilangan ganjil bernilai benar. Jika n=2, diperoleh proposisi 2 adalah bilangan ganjil bernilai salah.
  1. Fungsi proposisi “x+2>7” yang didefinisikan pada N, yakni himpunan bilangan asli. Maka {x | x ÃŽ N, x+2>7} = {6,7,8,…}adalah himpunan kebenarannya.

  8.Penggunaan Pengukur Jumlah Universal dan Eksistensial
PENGUKUR JUMLAH (QUANTIFIER)
Salah satu cara untuk menentukan nilai kebenaran dari suatu predikat adalah dengan menggunakan batasan nilai yang disebut pengukur jumlah (Quantifier) dari variabelvariabelnya. Pengukur jumlah tersebut adalah :

A. Pengukur Jumlah Universal
Misalkan sebuah penyataan, dan menyatakan suatu variabel. Jika kita ingin menunjukkan bahwa bernilai benar untuk semua kemungkinan nilai x, kita tuliskan xAdisebut pengukur jumlah universal (universal quantifier), dan dikatakan sebagai ruang lingkup (scope) dari pengukur jumlah tersebut. Variabel dikatakan menjadi variabel terbatas (bound) dari pengukur jumlah tersebut. Simbol  dibaca “Untuk semua”.

Untuk pernyataan “Semua kucing punya ekor” dapat kita nyatakan dalam kalkulus predikat sebagai :
x (Kucing(x)PunyaEkor(x))

B. Pengukur Jumlah Eksistensial ()
Misalkan A sebuah penyataan, dan x menyatakan suatu variabel. Jika kita ingin menunjukkan bahwa A bernilai benar untuk sedikitnya satu nilai x, kita tuliskan x A, yang dibaca “Ada satu x yang memenuhi A”. x disebut pengukur jumlah eksistensial (existential quantifier), dan A dikatakan sebagai ruang lingkup (scope) dari pengukur jumlah tersebut. Variabel x dikatakan menjadi variabel terbatas (bound) dari pengukur jumlah tersebut.

Contohnya, jika domain berupa sekumpulan benda, maka xBlue(x) menyatakan bahwa “Ada benda yang berwarna biru”. Semua pengukur jumlah tersebut diperlakukan seperti operator uner, yang mempunya tingkat presedensi lebih tinggi daripada operator biner. Sebagai contoh, misalkan P(x) mewakili pernyataan “x hidup” dan Q(x) untuk “x mati” maka
x (P(x)  Q(x)) diartikan bahwa “semua hidup atau mati” tetapi

x P(x)  Q(x) diartikan “semua hidup atau x mati”
Variabel x dalam suatu pengukur jumlah dapat digantikan dengan variabel lain tanpa merubah arti dari seluruh pernyataan yang diwakilinya. Misalkan xP(x) dengan yP(y) adalah hal yang sama; dan secara logika keduanya ekivalen. Pernyataan yP(y) disebut sebagai variant dari xP(x).

Pengukur jumlah (quantifier) mungkin terjadi secara bersarang. Dimana ada suatu pengukur jumlah dalam satu pernyataan yang didalamnya mengandung suatu pengukur jumlah yang lain.

  9.       Negasi Ingkaran dan Contoh Ingkaran
1.    Ingkaran atau Negasi
Dari sebuah pernyataan tunggal (atau majemuk), kita bisa membuat sebuah pernyataan baru berupa “ingkaran” dari pernyataan itu. “ingkaran” disebut juga “negasi” atau “penyangkalan”. Ingkaran menggunakan operasi uner (monar) “” atau “”.
Jika suatu pernyataan p benar, maka negasinya p salah, dan jika sebaliknya pernyataan p salah, maka negasinya p benar.
Perhatikan cara membuat ingkaran dari sebuah pernyataan serta menentukan nilai kebenarannya!
1.   p         : kayu memuai bila dipanaskan (S)
~ p       : kayu tidak memuai bila dipanaskan (B)
2.   r          : 3 bilangan positif (B)
~ r        : (cara mengingkar seperti ini salah)
     3 bilangan negative
(Seharusnya) 3 bukan bilangan positif  (S)

Nilai kebenaran
Jika p suatu pernyataan benilai benar, maka  ~p bernilai salah dan sebaliknya jika p bernilai salah maka ~p bernilai benar.
Tabel kebenaran:
images

2.  Konjungsi 
Gabungan  dua  pernyataan  tunggal  yang  menggunakan  kata penghubung  “dan”  sehingga  terbentuk  pernyataan majemuk  disebut konjungsi. Konjungsi mempunyai kemiripan dengan operasi irisan () pada  himpunan.  Sehingga  sifat-sifat  irisan  dapat  digunakan  untuk mempelajari  bagian  ini. Operasi konjungsi sering juga ditunjukkan dengan hubungan seri pada rangkaian listrik seperti gambar berikut:
gf
Gambar rangkaian seri

Dari gambar rangkaian diatas menggunakan saklar symbol saklar 1 diberi symbol p dan saklar 2 diberi symbol q. Saklar terbuka (off) sebagai  pernyataan benar, saklar tertutup (on) sebagai pernyataan salah. Lampu yang dipasang pada rangkaian sebagai kebenaran dari pernyataan tersebut.
1.      Jika saklar p dan q tertutup (on) ternyata lampu menyala maka pernyataan bernilai benar
2.      Jika salah satu saklar p atau q terbuka (off) ternyatalampu tidak menyala maka pernyataan bernilai salah.
3.      Jika keduanya saklar p dan q terbuka (off) ternyata lampu juga tidak menyala, maka pernyataan bernilai salah.

Berdasar kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu konjungsi p  q pada lampu akan menyala hanya jika komponen-komponennya, yaitu baik p maupun q, keduanya sama-sama tertutup sedangkan nilai kebenaran yang selain itu tidak menyala sebagaimana ditunjukkan pada tabel kebenaran berikut:

Tabel Kebenaran Konjungsi
 images
Contoh
Tentukan nilai kebenaran dari pernyataan majemuk pq berikut ini!
a. p         : 100 + 500 = 800
   q          : 4 adalah faktor dari 12
b. p         : Pulau Bali dikenal sebagai pulau Dewata
    q          : 625 adalah bilangan kuadrat
Jawaban:
a.   p salah, q benar
p ^ q : 100 + 500 = 800 dan 4 adalah faktor dari 12 (Salah)
Jadi,  (p ^ q) = S.

b.   (p) = B,   (q) = B.
 q : Pulau Bali dikenal sebagai pulau Dewata dan 625 adalah
bilangan kuadrat (benar). Jadi, (p ^ q) = B.

3. Disjungsi
Disjungsi adalah proposisi majemuk yang menggunakan perangkai “atau”.
Proposisi  “p  atau  q”  dinotasikan q     p.  Tidak  seperti  pernyataan  berperangkai “dan”  yang  mempersyaratkan  terpenuhinya  kebenaran  semua  unsurnya,  pernyataan  berperangkai  “atau” menawarkan  suatu  pilihan,  artinya  jika  paling tidak salah satu dari kedua unsur proposisinya terpenuhi maka hal ini sudah cukup untuk pernyataan tersebut dikatakan benar.
Operasi konjungsi sering juga ditunjukkan dengan hubungan paralel pada rangkaian listrik seperti gambar berikut :
images
Gambar Rangkaian Paralel
Dari gambar rangkaian diatas menggunakan saklar symbol saklar A diberi symbol p dan saklar B diberi symbol q. Saklar terbuka (off) sebagai  pernyataan benar, saklar tertutup (on) sebagai pernyataan salah. Lampu yang dipasang pada rangkaian sebagai kebenaran dari pernyataan tersebut.
1.      Jika saklar p dan q tertutup (on) ternyata lampu menyala maka pernyataan bernilai benar
2.      Jika salah satu saklar p tertutup (on) dan q terbuka (off), atau jika salah satu saklar p terbuak (off) dan q tertutup (on) ternyata lampu menyala maka pernyataan bernilai benar.
3.      Jika keduanya saklar p dan q terbuka (off) ternyata lampu juga tidak menyala, maka pernyataan bernilai salah.

Dari gambar rangkaian diatas  tampak bahwa  lampu tidak menyala jika saklar p maupun q sama-sama terbuka atau keduanya salah. Kita sarikan definisi konjungsi dengan tabel kebenaran berikut.

Tabel Kebenaran Disjungsi
Disjungsi
Contoh
Tentukanlah nilai kebenaran untuk disjungsi dua pernyataan yang diberikan !
a.   p : 3 + 4 = 12
      q : Dua meter sama dengan 200 cm
b.   p : 29 adalah bilangan prima
      q : Bandung adalah ibu kota Provinsi Jawa Barat
c.   p  : Dua garis yang sejajar mempunyai titik potong
      q :  CodeCogsEqn 66  adalah bilangan cacah.

Jawaban:
a.   (p) = S,   (q) = B.

Jadi, (p V q) = B.
p V q :   3 + 4 = 12 atau dua meter sama dengan 200 cm (benar).

b.   (p) = B,   (q) = B. Jadi, (p V q) = B.
p V q :   29 adalah bilangan prima atau Bandung adalah ibukota Provinsi
Jawa barat (benar).

c.   (p) = S,   (q) = S. Jadi, (p V q) = S.

4.    Implikasi
Untuk memahami implikasi, pelajarilah uraian berikut. Misalnya, Elzan berjanji pada Gusrayani, “Jika Sore nanti tidak hujan, maka saya akan mengajakmu nonton”. Janji Elzan ini hanyalah berlaku untuk kondisi sore nanti tidak hujan. Akibatnya, jika sore nanti hujan, tidak ada keharusan bagi Elzan untuk mengajak Gusrayani nonton.
Misalkan sore ini tidak hujan dan Elzan mengajak Gusrayani nonton, Gusrayani tidak akan kecewa karena Elzan memenuhi janjinya. Akan tetapi, jika sore ini hujan dan Elzan tetap mengajak Gusrayani menonton, Gusrayani tentu merasa senang sekali. Jika sore ini hujan dan Elzan tidak mengajak Gusrayani menonton, tentunya Gusrayani akan memakluminya. Bagaimana jika sore ini tidak hujan dan Elzan tidak mengajak Gusrayani menonton? Itu akan lain lagi ceritanya. Tentu saja Gusrayani akan kecewa dan menganggap Elzan sebagai pembohong yang tidak menepati janjinya.
Misalkan,  
p : Sore tidak hujan.
q : Elzan mengajak Gusrayani menonton.

Pernyataan “jika sore nanti tidak hujan, maka Elzan akan mengajak Gusrayani        nonton”. Dapat dinyatakan sebagai “jika p maka q” atau dilambangkan dengan “p   q”. Suatu pernyataan majemuk dengan bentuk “jika p maka q” disebutimplikasi.

Misalkan p dan q adalah pernyataan. Suatu implikasi (pernyataan bersyarat) adalah suatu pernyataan majemuk dengan bentuk “jika p maka q”, dilambangkan dengan  p    q. Pernyataan p disebut hipotesis (ada juga yang menamakananteseden) dari implikasi. Adapun pernyataan q disebut konklusi (atau kesimpulan, dan ada juga yang menamakankonsekuen). Implikasi bernilai salah hanya jika hipotesis p bernilai benar dan konklusi q bernilai salah; untuk kasus lainnya adalah benar. Perhatikan tabel berikut ini.

Tabel nilai kebenaran operasi implikasi
images (1)
Terdapat perbedaan antara implikasi dalam keseharian dan implikasi dalam logika matematika. Dalam keseharian, pernyataan hipotesis/anteseden p haruslah memiliki hubungan dengan  pernyataan konklusi/konsekuen q. Misalnya, pada contoh implikasi sebelumnya, “Jika sore nanti tidak hujan maka saya akan mengajakmu nonton”. Terdapat hubungan sebab-akibat. Dalam logika matematika, pernyataan hipotesis/anteseden p tidak harus memiliki hubungan dengan konklusi/konsekuen q. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Contoh dibawah ini.
Contoh:          
Tentukanlah nilai kebenaran dari implikasi berikut !
a. Jika 4 + 7 = 10 maka besi adalah benda padat.
b. Jika 6 + 9 = 15 maka besi adalah benda cair.
c. Jika cos 30° = 0,5 maka 25 adalah bilangan ganjil.
Jawab :

a.   Jika 4 + 7 = 10 maka besi adalah benda padat.
Alasan salah, kesimpulan benar. Jadi, implikasi bernilai benar.
b.   Jika 6 + 9 = 15 maka besi adalah benda cair.
Alasan benar, kesimpulan salah. Jadi implikasi bernilai salah.

c.     Jika cos 30°= 0,5 maka 25 adalah bilangan ganjil.
Alasan salah, kesimpulan salah. Jadi, implikasi bernilai benar.

5.   Biimplikasi
Perhatikanlah pernyataan berikut:
Jika sore ini hujan, maka jalan raya basah.
Jika jalan raya basah, apakah selalu disebabkan oleh hujan? Tentu saja tidak selalu begitu, karena jalan raya basah bisa saja disebabkan disiram, banjir, ataupun hal lainnya. Pernyataan seperti ini telah kita ketahui sebagai sebuah implikasi.
Sekarang, perhatikan pernyataan berikut:
Jika orang masih hidup maka dia masih bernafas.
Jika seseorang masih bernafas, apakah bisa dipastikan orang tersebut masih hidup? Ya, karena jika dia sudah tidak bernafas, pasti orang tersebut sudah meninggal. Pernyataan yang demikian disebut biimplikasi atau bikondisional ataubersyarat ganda.

Pernyataan biimplikasi dilambangkan dengan “”  yang berarti “jika dan hanya jika” disingkat “jhj” atau “jikka”. Biimplikasi “pq” ekuivalen  dengan “jika p maka q dan jika q maka p”, dinotasikan sebagai: (p   q)    (q   p).

Misalkan dan adalah pernyataan. Suatu biimplikasi adalah suatu pernyataan majemuk dengan bentuk p jika dan hanya jika q dilambangkan dengan   qBiimplikasi p dan bernilai benar jika keduanya p dan adalah benar atau jika keduannya dan adalah salah; untuk kasus lainnya biimplikasi adalah salah.
Tabel Nilai Kebenaran Biimplikasi:
 logic7
Contoh:
Tentukan nilai kebenaran biimplikasi di bawah ini!
a. 20 + 7 = 27  jika dan hanya jika 27 bukan bilangan prima.
B                                                               B
(p) = B,   (q) = B. Jadi,  (p   q) = B.
b. 2 + 5 = 7  jika dan hanya jika 7 adalah bilangan genap.
(p) = B,   (q) = S. Jadi,  (p   q) = S.

c. tan2 45° + cos 2 45° = 2  jika dan hanya jika  tan2 45° = 2
(p) = S,   (q) = S. Jadi,  (p   q) = B.


6.    Negasi Dari Pernyataan Majemuk      
Berikut ini adalah pembahasan tentang negasi pernyataan majemuk, yaitu negasi suatu konjungsi, disjungsi, implikasi, dan biimplikasi
1.    Negasi Suatu Konjungsi
Karena suatu konjungsi p q akan bernilai benar hanya jika kedua komponennya bernilai benar. Maka negasi suatu konjungsi p  q adalah ~p  ~q; sebagaimana ditunjukkan tabel kebenaran berikut:
 1
2. Negasi Suatu Disjungsi
Negasi suatu disjungsi p  q adalah ~p  ~q sebagaimana ditunjukkan tabel kebenaran berikut:
2

3. Negasi Suatu Implikasi
Negasi suatu implikasi p q adalah p~q seperti ditunjukkan tabel kebenaran berikut ini:
Dengan demikian, p q ≡ ~[~ (p q)] ≡ ~( p ~q) ≡ ~p q
 3
4. Negasi Suatu Biimplikasi
Karena biimplikasi atau bikondisional p q ekuivalen dengan
(p q) (q p);
sehingga:
~ (p q)        ≡   ~[(p q) (q p)]
≡  ~[(~p q) (~q p)]
≡  ~(~p q) ~(~q p)]
≡  (p ~q) (q ~p)
Tabel kebenaran dari suatu negasi, konjungsi, disjungsi, implikasi, dan biimplikasi di atas merupakan dasar dalam mencari nilai kebenaran pernyataan-pernyataan majemuk seperti di saat menentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk (~p r) (~r q) seperti berikut ini

4 


Contoh :
1Negasi dari jika adik belajar maka ia pandai adalah adik belajar dan ia tidak pandai


SUMBER