Makalah Ilmu Budaya Dasar
Disusun oleh :
Nama : RHAEDITIAS INGGARTIKA
Kelas : 1PA13
NPM : 15515863
Mata Kuliah :
Ilmu Budaya Dasar
Dosen :
JHON HENDRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS /JURUSAN PSIKOLOGI
2015
BAB 1. Ilmu
Budaya Dasar sebagai salah satu MKDU
1.1 Pengertian IBD
Secara
sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan
untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Istilah IBD dikembangkan petama kali di Indonesia sebagai
pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the
Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri
berasal dari bahasa latin humnus yang astinya
manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan
seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih
berbudaya dan lebih halus. Dengan mempelajari the humanities
diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih
halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the
humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia
sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping
tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai
manusia itu sendiri.
Berikut
Pengertian Budaya Atau Kebudayaan Dari Beberapa Ahli :
·
E. B. Tylor, Budaya adalah suatu keseluruhan
kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayan,
kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
·
R. Linton, Dalam bukunya yang berjudul “The
Cultural Background Of Personality” menyatakan bahwa kebudayaan
adalah konfigurasi dari sebuah tingkah laku dan hasil laku,
yang unsur-unsur pembentuknya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu.
·
Koentjaraningrat, Mengartikan bahwa kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia
dengan belajar.
·
Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi,
Mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.
·
Herkovits, Kebudayaan adalah bagian dari
lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
·
Takdir Alisyahbana, Mengatakan kebudayaan
adalah manifestasi dari cara berfikir.
Pokok-pokok
yang terkandung dari beberapa devisi kebudayaan
·
Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia
sangat beragam
·
Kebudayaan didapat dan diteruskan melalui
pelajaran.
·
Kebudayaan terjabarkan dari komponen-komponen
biologi, psikologi dan sosiologi.
·
Kebudayaan berstruktur dan terbagi dalam
aspek-aspek kesenian, bahasa, adat istiadat, budaya
daerah dan budaya nasional.
Prof
Dr.Harsya Bactiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :
·
Ilmu-ilmu Alamiah ( natural scince ).
Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan
yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode
ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hokum yang
berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu
dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas. Hasil analisis ini kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi.
Hasil penelitian 100% benar dan 100% salah
·
Ilmu-ilmu sosial ( social scince ) .
ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan
yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tapi hasil
penelitiannya tidak 100% benar, hanya mendekati
kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antara manusia initidak dapat berubah dari saat ke saat.
·
Pengetahuan
budaya ( the humanities ) bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji
hal ini digunakan metode pengungkapan
peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti.
Dengan
perkataan lain dapatlah dikatakan bahwa setelah mendapat matakuliah IBD ini, mahasiswa diharapkan memperlihatkan:
a. Minat
dan kebiasaan menyelidiki apa-apa yang terjadi di sekitarnya dan diluar
lingkungannya, menelaah apa yang dikcrjakan sendiri dan
mengapa.
b. Kesadaran
akan pola-pola nilai yang dianutnya serta bagaimana hubungan nilai-nilai ini dengan cara hidupnya sehari-hari.
c. Keberanian
moral untuk mempertahankan nilai-nilai yang dirasakannya sudah dapat diterimanya dengan penuh tanggung jawab dan scbaliknya
mcnolak nilai-nilai yang tidak dapat dibenarkan.
1.2 Tujuan Ilmu Budaya Dasar(IBD)
Secara
umum tujuan IBD adalah Pembentukan dan pengembangan keperibadian serta
perluasan wawasan perhatian, pengetahuan dan pemikiran
mengenai berbagai gejala yang ada dan timbul dalam
lingkungan, khususnya gejala-gejala berkenaan dengan kebudayaan dan
kemanusiaan, agar daya tanggap, persepsi dan penalaran
berkenaan dengan lingkungan budaya dapat diperluas.
Penyajian
mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian mata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang
keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the
humanities) akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas
wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap
nilai-nlai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya,
maupun yang menyangkut dirinya sendiri. Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut
IBD diharapkan dapat :
- Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka.
- Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemansiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
- Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bagnsa dan Negara serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat
- Menguasahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain. Dengan memiliki satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan akan lebih lancer dalam berkomunikasi.
Jika
diperinci, maka tujuan pengajaran llmu Budaya Dasar itu adalah:
- Lebih peka dan terbuka terhadap masalah kemanusiaan dan budaya, scrta lebih bertanggung jawab terhadap masalah-masalah tersebut.
- Mengusahakan kepekaan terhadap nilai-nilai lain untuk lebih mudah menyesuaikan diri.
- Menyadarkan mahasiswa terhadap nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, hormat menghormati serta simpati pada nilai-nilai yang hidup pada masyarakat.
- Mengembangkan daya kritis tcrhadap pcrsoalan kemanusiaan dan kebudayaan.
- Memiliki latarbelakang pengetahuan yang cukup luas tentang kebudayaan Indonesia.
- Menimbulkan minat untuk mendalaminya.
- Mcndukung dan mcngcmbangkan kebudayaan sendiri dengan kreatif.
- Tidak terjerumus kepada sifat kedaarahan dan pengkotakan disiplin ilmu.
- Menambahkan kemampuan mahasiswa untuk mcnanggapi masalah nilai-nilai budaya dalam masyarakat Indonesia dan dunia tanpa terpikat oleh disiplin mereka.
- Mempunyai kesamaan bahan pembicaraan, tempat berpijak mengenai masalah kemanusiaan dan kebudayaan.
- Terjalin interaksi antara cendekiawan yang berbeda keahlian agar lebih positif dan komunikatif.
- Menjembatani para sarjana yang berbeda keahliannya dalam bertugas menghadapi masalah kemanusiaan dan budaya.
- Memperlancar pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang yang ditangani oleh berbagai cendekiawan.
- Agar mampu memenuhi tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
- Agar mampu memenuhi tuntutan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dharma pendidikan.
1.3 Ruang Lingkup IBD
Bertitik
tolak dari kerangka tujuan yagn telah ditetapkan, dua masalah pokok bisa
dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata
kuliah IBD. Kedua masalah pokok itu adalah :
1.
Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya
merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan
menggunakan pengetahuan budaya (the humanities), baik dari segi masing-masing
keahlian (disiplin) didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antar
bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya
2.
Hakekat manusia yang satu atau universal, akan
tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing jaman
dan tempat.
Menilik
kedua pokok masalah yang bisa dikaji dalam mata kuliah IBD, nampak dengan jelas
bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak hanya
sebagai obyek pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam, dengan
sesame, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan dengan
sang pencipta menjadi tema sentral dalam IBD.
Pokok-pokok
bahasan yang dikembangkan adalah :
1.
Manusia Dan Harapan
·
Kepercayaan
·
Harapan
2.
Manusia Dan Kegelisahan
·
Keterasingan
·
Kesepian
·
Ketidakpastian
3.
Manusia Dan Tanggung Jawab Serta Pengabdian
·
Kesadaran
·
Pengorbanan
4.
Manusia Dan Pandangan Hidup
·
Cita-Cita
·
Kebijakan
5.
Manusia Dan Cinta Kasih
·
Kasih Sayang
·
Kemesraan
·
Pemujaan
6.
Manusia Dan Keindahan
·
Renungan
·
Kehalusan
7.
Manusia Dan Penderitaan
·
Rasa Sakit
·
Siksaan
·
Kesengsaraan
8.
Manusia Dan Keadilan
·
Kejujuran
·
Pemulihan Nama Baik
·
Pembalasan
Kedelapan
pokok bahasan itu termasuk dalam karya-karya yang tercakup dalam pengetahuan
budaya. Perwujudan mengenai cinta, misalnya, terdapat dalam karya sastra, tarian,
musik, filsafat, lukisan, patung dan sebagainya. Masing-masing pokok bahasan
dapat didekati dengan baik menggunakan cabang-cabang pengetahuan budaya secara
sendiri-sendiri maupun secara gabungan cabang-cabang tersebut. Pokok bahasan
manusia dan cinta kasih misalnya, dapat didekati dengan menggunakan karya seni
sastra, atau filsafat atau seni tari dan sebaginya. Disamping itu pokok bahasan
manusia dan cinta kasih juga dapat didekati dengan menggunakan gabungan karya
seni sastra, karya seni tari, atau filsafat dan sebagainya.
Perbedaan
Antara Pengetahuan Budaya Dan Ilmu Budaya Dasar
Pengetahuan
budaya yaitu sesuatu yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yang meliputi sistem
ide,cara pandang atau gagasan atau juga berupa kesimpulan yang muncul dalam pikiran
kita tentang budaya dasar yang kita pelajari.
Ilmu
Budaya Dasar adalah ilmu yang mempelajari dasar-dasar kebudayaan, seperti
mencakup : kesenian,bahasa,adat-istiadat,budaya daerah, budaya nasional..
Kajian
Ilmu Budaya Dasar
Ilmu
budaya dasar semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian
mahasiswa maupun mahasiswi dengan cara memperluas wawasan pemikiran terhadap
kebudayaan.
BAB 2. Manusia
dan Kebudayaan
2.1
Pengertian
Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu”
(Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah
manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah
fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok
(genus) atau seorang individu.
Manusia
adalah mahluk yang luar biasa kompleks. Kita merupakan paduan antara
mahluk material dan mahluk spiritual. Dinamika manusia
tidak tinggal diam karena manusia sebagai dinamika
selalu mengaktivisasikan dirinya.
Pengertian
Manusia Menurut Para Ahli
Berikut
ini adalah pengertian dan definisi manusia menurut beberapa ahli:
Ø
NICOLAUS D. & A. SUDIARJA
Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka
karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang.
Ø
ABINENO J. I
Manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan
“jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana”.
Ø
UPANISADS
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh
(atman), jiwa, pikiran, dan prana atau badan fisik.
Ø
SOKRATES
Manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang
tidak berbulu dengan kuku datar dan lebar.
Ø
KEES BERTENS
Manusia adalah suatu mahluk yang terdiri dari 2
unsur yang kesatuannya tidak dinyatakan.
Ø
I WAYAN WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias
dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa.
Ø
OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling mulia,
manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi
faktor keturunan dan lingkungan.
Ø
ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya.
Bahkan bisa dibilang manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain.
Ø
PAULA J. C & JANET W. K
Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih
makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi
dengan berbagai kemungkinan.
Dari beberapa definisi di atas, tentu membuat
kita sulit untuk menjawab pertanyaan tentang manusia,
oleh karena itu kita akan menerangkan siapa itu manusia berdasarkan unsur-unsur
yang membangunnya.
Ada dua macam pandangan yang akan menjadi acuan
untuk menjelaskan unsur-unsur yang membangun manusia.
1)
Manusia
dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani. 4 unsur dalam
diri manusia, yaitu:
·
Jasad : badan kasar manusia yang dapat kita
lihat, raba bahkan di foto dan menempati ruang dan waktu.
·
Hayat : mengandung unsur hidup, yang di tandai
dengan gerak.
·
Ruh : bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang
bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu
kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
·
Nafas : dalam pengertian diri atau keakuan,
yaitu kesadaran akan diri sendiri.( Asy’arie, 1992 hal: 62-84).
2)
Manusia sebagai satu kepribadian yang
mengandung tiga unsur, yaitu:
·
ID, merupakan struktur kepribadian yang paling
primitive dan paling tidak tampak. Id merupakan energi
psikis yang irrasional dan terkait dengan sex yang secara instingtual
menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconcius).
Id diatur oleh kesenangan yang harus di penuhi,baik secara langsung
melalui pengalaman seksual atau tidak langsung melalui mimpi atau khayalan.
·
EGO, sering disebut “eksekutif” karena
peranannya dalam menghubungkan kepuasan Id dengan saluran
sosial agar dapat di terima oleh masyarakat. Ego diatur oleh prinsip realitas
dan mulai berkembang pada anak antara usia satu dan
dua tahun.
·
SUPER EGO, merupakan struktur kepribadian
terakhir yang muncul kira-kira pada usia lima tahun. Super
ego menunjukan pola aturan yang dalam derajat tertentu menghasilkan kontrol
diri melalui sistem imbalan dan hukuman
terinternalisasi. (freud, dalam Brennan, 1991; hal 205-206).
Manusia dari segi psikologinya merupakan haiwan
yang bersosial. Cara bersosial berbagai-bagai, walaupun
tidak disedari oleh kebanyakan manusia, kaedah sosial manusia sangat kompleks
dan lebih maju dari pelbagai aspek dari haiwan yang
paling terdekat kebijakannya dari manusia.
Secara Kerohanian
Bagi kebanyakan manusia, kerohanian dan agama
memainkan peran utama dalam kehidupan mereka. Sering
dalam konteks ini, manusia tersebut dianggap sebagai "orang manusia"
terdiri dari sebuah tubuh, pikiran, dan juga sebuah
roh atau jiwa yang kadang memiliki arti lebih daripada tubuh
itu sendiri dan bahkan kematian. Keberadaan jiwa manusia tak dibuktikan ataupun
ditegaskan; konsep tersebut disetujui oleh sebagian
orang dan ditolak oleh lainnya. Juga, yang menjadi
perdebatan di antara organisasi agama adalah mengenai benar/tidaknya hewan
memiliki jiwa; beberapa percaya mereka memilikinya,
sementara lainnya percaya bahwa jiwa semata-mata hanya
milik manusia, serta ada juga yang percaya akan jiwa kelompok yang diadakan
oleh komunitas hewani dan bukanlah individu. Bagian
ini akan merincikan bagaimana manusia diartikan dalam
istilah kerohanian, serta beberapa cara bagaimana definisi ini dicerminkan
melalui ritual dan agama.
Contoh
sistem kerohanian yang dianut oleh manusia
1.
Animisme
Animisme adalah kepercayaan bahwa obyek dan
gagasan termasuk hewan, perkakas, dan fenomena alam
mempunyai atau merupakan ekspresi roh hidup
2.
Mistikme
Barangkali merupakan praktik kerohanian dan pengalaman,
tetapi tidak harus bercampur dengan theisme atau
lembaga agama lain yang ada di berbagai masyarakat. Pada dasarnya gerakan
mistik termasuk Vedanta, Yoga, Buddhisme awal (lihat
pula Kerajaan manusia), tradisi memuja Eleusis, perintah
mistik Kristiani dan pengkhotbah seperti Meister Eckhart, dan keislaman
Sufisme. Mereka memusatkan pada pengalaman tak
terlukiskan, dan kesatuan dengan supranatural (lihat pencerahan, kekekalan). Dalam mistikme monotheis, pengalaman mistik
memfokuskan kesatuan dengan Tuhan.
3.
Politheisme
Konsep dewa sebagai makhluk yang sangat kuat
kepandaiannya atau supernatural, kebanyakan dikhayalkan
sebagai anthropomorfik atau zoomorfik, yang ingin disembah atau ditentramkan
oleh manusia dan ada sejak permulaan sejarah, dan
kemungkinan digambarkan pada kesenian Zaman Batu pula.
Dalam masa sejarah, tatacara pengorbanan berevolusi menjadi adat agama berhala dipimpin oleh kependetaan (misal: agama Vedik, (pemraktekan
kependetaan berkelanjutan dalam Hinduisme, yang namun
telah mengembangkan teologi monotheis, seperti penyembahan berhala theisme monistik, Mesir, Yunani, Romawi dan Jerman)
4.
Monotheisme
Gagasan dari suatu Tuhan tunggal yang
menggabungkan dan melampaui semua dewa-dewa kecil tampak
berdiri sendiri dalam beberapa kebudayaan, kemungkinan terwujud pertama kali
dalam bida’ah / klenik Akhenaten (lebih dikenal
sebagai Henotheisme, tahap umum dalam kemunculan Monotheisme).
Konsep dari kebaikan dan kejahatan dalam sebuah pengertian moral timbul sebagai
sebuah konsekuensi Tuhan tunggal sebagai otoritas
mutlak.
2.2 Pengertian Hakekat Manusia
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk
hidup yang paling sempurna, melebihi ciptaan Tuhan
yang lain. Manusia terdiri dari jiwa dan raga yang dilengkapi dengan akal
pikiran serta hawa nafsu. Tuhan menanamkan akal dan
pikiran kepada manusia agar dapat digunakan untuk kebaikan mereka
masing – masing dan untuk orang di sekitar mereka. Manusia diberikan hawa nafsu
agar mampu tetap hidup di bumi ini. Salah satu hakekat
manusia lainnya ialah manusia sebagai makhluk sosial,
hidup berdampingan satu sama lain, berinteraksi dan saling berbagi.
2.3
Kepribadian
Bangsa Timur
Manusia mendiami wilayah yang berbeda dan
berada di lingkungan yang berbeda pula. Hal ini membuat
kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan dan kepribadian setiap manusia suatu
wilayah berbeda dengan yang lainnya. Namun secara
garis besar terdapat tiga pembagian wilayah, yaitu : Barat,
Timur Tengah, dan Timur.
Kita di Indonesia termasuk ke dalam bangsa
Timur, yang dikenal sebagai bangsa yang berkepribadian
baik. Bangsa Timur dikenal dunia sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat. Orang–orang dari wilayah lain sangat suka dengan kepribadian
bangsa Timur yang tidak individualistis dan saling
tolong menolong satu sama lain. Meskipun begitu, kebanyakan bangsa Timur masih tertinggal oleh bangsa Barat dan Timur Tengah.
Dalam ilmu psikologi yang notabanenya berasal
dari Barat, banyak mengembangkan konsep-konsep dan
teori mengenai aneka warna isi jiwa, serta metode dan alat untuk menganalisis
dan mengukur secara detail tentang variasi jiwa
individu. Tetapi, tidak terlepas dari itu semua, konsep-konsep
tersebut masih kurang mengembangkan suatu konsep yang berkaitan dengan jiwa
individu dan lingkungan sosial budaya.
Oleh karena itu, Francis L.K Hsu seorang
sarjana Amerika keturunan Cina, mengembangkan suatu konsepsi
tentang jiwa manusia sebagai makhluk sosial budaya, yang ia sebut sebagai Bagan
Psiko-Sosiogram Manusia atau delapan daerah seperti
lingkaran konsentris sekitar diri pribadi.
2.4
Pengertian
kebudayaan
Kata
kebudayaan berasal dari kata budh—> budhi—> budhaya dalam bahasa sansekerta yang berarti akal,
sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran
atau akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebudayaan yang berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah
akal yang merupakan unsure
rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau
ikhtiar sebagai unsur jasmani, sehingga kebudayaan
diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia (supartono, 2001; Prasetya, 1998).
Kebudayaan
berasal dari kata budaya yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan
masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah
Cultural-Determinism.
Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual
dan artistic.
Beberapa
definisi Kebudayaan yang di kemukakan oleh beberapa ahli :
Ø
Ki Hajar Dewantara : Kebudayaan berarti buah
budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk
mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam
hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan
damai.
Ø
Edward B. Taylor : Kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Ø
William H. Haviland : Kebudayaan adalah
seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku
yang dipandang layak dan dapat di tarima ole semua
masyarakat.
Ø
Bounded et.al : Kebudayaan adalah sesuatu yang
terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol
yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di
antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan
di dalam media, pemerintahan,
intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
Ø
Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu- Zain) : Kebudayaan
adalah, 1 segala sesuatu yang dilakukan
oleh manusia sebagai hasil pemikiran dan akal budinya; 2
peradaban sebagai hasil akal budi manusia; 3 ilmu
pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang
dimanfaatkan untuk kehidupannya dan memberikan manfaat kepadanya.
Ø
Herskovits : memandang kebudayaan sebagai
sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Ø
Andreas Eppink : Kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur
sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik
yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan
memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak.
Dari
definisi-definisi kebudayaan dapat dinyatakan bahwa inti pengertian kebudayaan
mengandung beberapa ciri pokok, yaitu sebagai berikut
:
a.
Kebudayaan itu beraneka ragam.
b.
Kebudayaan itu diteruskan melalui proses
belajar.
c.
Kebudayaan itu terjabarkan dari komponen
biologi, psikologi, sosiologi, dan eksistensi manusia.
d.
Kebudayaan itu berstruktur.
e.
Kebudayaan itu terbagi dalam aspek-aspek.
f.
Kebudayaan itu dinamis.
g.
Nilai-nilai dalam kebudayaan itu relatif
2.5
Unsur-unsur
kebudayaan
Ada
beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain Melville J. Herskovits
menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuatan politik.
Sedangkan Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4
unsur pokok yang meliputi sistem norma,organisasi ekonomi, alat-alat atau lembaga petugas pendidikan dan organisasi kekuatan.
C.
Kluckhohn di dalam karyanya yang berjudul Universal
Categories of Culture mengemukakan, bahwa ada tujuh
unsur kebudayaan universal, yaitu:
- Sistem Religi : Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan Maha Kuasa.
- Sistem Organisasi KemasyarakatanSistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing – masing antar individu sehingga timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.
ü
Sistem Pengetahuan
Sistem yang terlahir karena setiap manusia
memiliki akal dan pikiran yang berbeda sehingga memunculkan
dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula, sehingga perlu disampaikan agar yang
lain juga mengerti.
ü
Sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem
Ekonomi
Terlahir karena manusia memiliki hawa nafsu dan
keinginan yang tidak terbatas dan selalu ingin lebih.
ü
Sistem Teknologi dan Peralatan
Sistem yang timbul karena manusia mampu
menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru agar
dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup yang
lain.
ü
Bahasa
Sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode,
tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk mempermudah
komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan bahasa universal seperti bahasa Inggris.
ü
Kesenian
Setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga
memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan
psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.
2.6
Wujud
Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan
dibedakan menjadi tiga:
1. Kompleks
gagasan, konsep, dan pikiran manusia
Kebudayaan yang muncul dan hidup karena adanya
gagasan – gagasan baru, konsep yang matang serta buah
dari pikiran yang kreatif. Wujudnya dapat ditemukan dalam sebuah buku – buku,
arsip dan sebagainya.
2. Kompleks
aktivitas
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu.
Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya
konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan
dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Wujud
sebagai benda
Aktivitas manusia sehari – hari umumnya
dilakukan dengan menggunakan benda sebagai sarana dan
prasarana. Dari situ lahir kebudayaan dalam bentuk fisik yang konkret, bisa
bergerak maupun tidak.
2.7
Orientasi
Nilai Budaya
Kluckhohn
dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa
nilai budaya merupakan sebuah
konsep beruanglingkup luas
yang hidup dalam
alam fikiran sebagian besar warga
suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup. Rangkaian
konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai –
nilai budaya.
Secara
fungsional sistem nilai
ini mendorong individu
untuk berperilaku seperti apa
yang ditentukan. Mereka
percaya, bahwa hanya
dengan berperilaku seperti itu
mereka akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994).
Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat
erat secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah
merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem
nilai manusia tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab, nilai – nilai tersebut
merupakan wujud ideal
dari lingkungan sosialnya.
Dapat pula dikatakan
bahwa sistem nilai budaya
suatu masyarakat merupakan
wujud konsepsional dari kebudayaan mereka, yang seolah – olah
berada diluar dan di atas para individu warga masyarakat itu.
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam
setiap kebudayaan yang dapat ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn
dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut adalah:
(1) hakekat hidup
(2) hakekat kerja atau karya manusia
(3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan
waktu
(4) hakekat hubungan manusia dengan alam
sekitar
(5) hakekat dari hubungan manusia dengan
manusia sesamanya.
Berbagai kebudayaan mengkonsepsikan masalah universal ini dengan berbagai variasi yang berbeda – beda. Seperti :
(1) Masalah pertama,
yaitu mengenai hakekat hidup
manusia. Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha misalnya,
menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu pola kehidupan
masyarakatnya berusaha untuk memadamkan hidup itu guna mendapatkan nirwana,
dan mengenyampingkan segala
tindakan yang dapat menambah rangkaian hidup kembali
(samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan seperti
ini sangat mempengaruhi
wawasan dan makna
kehidupan itu secara keseluruhan.
Sebaliknya banyak kebudayaan yang berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu
konsep – konsep kebudayaan yang berbeda ini berpengaruh pula pada sikap dan
wawasan mereka.
(2)
Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya
dalam kehidupan. Ada kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha
untuk kelangsungan hidup (survive) semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada
kerja keras. Akan tetapi ada juga yang menganggap kerja untuk mendapatkan
status, jabatan dan kehormatan. Namun, ada yang berpendapat bahwa kerja untuk
mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi kepada prestasi bukan kepada
status.
(3)
Masalah ketiga mengenai orientasi manusia
terhadap waktu. Ada budaya yang memandang penting masa lampau, tetapi ada yang
melihat masa kini sebagai focus usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang
jauh melihat kedepan. Pandangan yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat
mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya.
(4)
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan
fungsional manusia terhadap alam. Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan
mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada yang menganggap alam sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia. Akan tetapi, ada juga
kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang ini
akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.
(5)
Masalah kelima menyangkut hubungan antar
manusia. Dalam banyak kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi
berfikir, cara bermusyawarah, mengambil keputusan dan bertindak. Kebudayaan
yang menekankan hubungan horizontal (koleteral) antar individu, cenderung untuk
mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam
masyarakat – masyarakat eligaterian. Sebaliknya kebudayaan yang menekankan
hubungan vertical cenderung untuk mengembangkan orientasi keatas (kepada
senioritas, penguasa atau pemimpin).
Inti permasalahan disini seperti yang
dikemukakan oleh Manan dalam Pelly (1994) adalah siapa yang harus
mengambil keputusan. Sebaiknya dalam system hubungan vertical keputusan dibuat
oleh atasan (senior) untuk semua orang. Tetapi dalam masyarakat
yang mementingkan kemandirian
individual, maka keputusan dibuat dan diarahkan kepada masing
– masing individu.
Pola orientasi nilai budaya yang hitam putih
tersebut di atas merupakan pola yang ideal untuk masing – masing pihak. Dalam
kenyataannya terdapat nuansa atau variasi
antara kedua pola
yang ekstrim itu
yang dapat disebut
sebagai pola transisional.
Kerangka Kluckhohn mengenai lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan
orientasi nilai budaya manusia dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Masalah
Dasar Dalam Hidup
|
Orientasi Nilai Budaya
|
||
Konservatif
|
Transisi
|
Progresif
|
|
Hakekat
Hidup
|
Hidup
itu buruk
|
Hidup
itu baik
|
Hidup
itu sukar tetapi harus diperjuangkan
|
Hakekat
Kerja/karya
|
Kelangsungan hidup
|
Kedudukan dan kehormatan / prestise
|
Mempertinggi
prestise
|
Hubungan
Manusia Dengan Waktu
|
Orientasi
ke masa lalu
|
Orientasi
ke masa kini
|
Orientasi
ke masa depan
|
Hubungan
Manusia Dengan Alam
|
Tunduk kepada alam
|
Selaras dengan alam
|
Menguasai
alam
|
Hubungan
Manusia Dengan Sesamanya
|
Vertikal
|
Horizontal/
kolekial
|
Individual/mandiri
|
Sementara
itu Koentjaraningrat telah menerapkan kerangka Kluckhohn di atas untuk
menganalisis masalah nilai budaya bangsa Indonesia, dan menunjukkan titik –
titik kelemahan dari
kebudayaan Indonesia yang
menghambat pembangunan nasional.
Kelemahan utama antara lain mentalitas meremehkan mutu, mentalitas suka
menerabas, sifat tidak percaya kepada diri sendiri, sifat tidak berdisiplin
murni, mentalitas suka mengabaikan tanggungjawab.
Kerangka
Kluckhohn itu juga telah dipergunakan dalam penelitian dengan kuesioner untuk
mengetahui secara objektif cara berfikir dan bertindak suku – suku di Indonesia
umumnya yang menguntungkan dan merugikan pembangunan.
Selain itu juga, penelitian variasi orientasi
nilai budaya tersebut dimaksudkan disamping untuk mendapatkan gambaran sistem
nilai budaya kelompok – kelompok etnik di Indonesia, tetapi juga untuk
menelusuri sejauhmana kelompok masyarakat itu memiliki system orientasi nilai
budaya yang sesuai dan menopang pelaksanaan pembangunan nasional.
2.8
Perubahan
Kebudayaan
Perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam
masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan
yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi
kehidupan.
Contoh :
Masuknya mekanisme pertanian mengakibatkan
hilangnya beberapa jenis teknik pertanian tradisional seperti teknik menumbuk
padi dilesung diganti oleh teknik “Huller” di pabrik penggilingan padi. Peranan
buruh tani sebagai penumbuk padi jadi kehilangan pekerjaan.
Semua terjadi karena adanya salah satu atau
beberapa unsur budaya yang tidak berfungsi lagi, sehingga menimbulkan gangguan
keseimbangan didalam masyarakat. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua
bagian yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi dan filsafat bahkan
perubahan dalam bentuk juga aturan-aturan organisasi social. Perubahan
kebudayaan akan berjalan terus-menerus tergantung dari dinamika masyarakatnya.
Ada faktor-faktor yang mendorong dan menghambat perubahan kebudayaan yaitu:
a. Mendorong perubahan kebudayaan
§
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki
potensi mudah berubah, terutama unsur-unsur teknologi dan ekonomi ( kebudayaan
material).
§
Adanya individu-individu yang mudah menerima
unsure-unsur perubahan kebudayaan, terutama generasi muda.
§
Adanya faktor adaptasi dengan lingkungan alam
yang mudah berubah.
b. Menghambat perubahan kebudayaan
§
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki
potensi sukar berubah
seperti
:adat istiadat dan keyakinan agama ( kebudayaan non material)
§
Adanya individu-individu yang sukar menerima
unsure-unsur perubahan terutama generasi tu yang kolot.
Ada juga faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan :
1. Faktor intern
• Perubahan Demografis
Perubahan demografis disuatu daerah biasanya
cenderung terus bertambah, akan mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai
sektor kehidupan, c/o: bidang perekonomian, pertambahan penduduk akan
mempengaruhi persedian kebutuhan pangan, sandang, dan papan.
• Konflik social
Konflik social dapat mempengaruhi terjadinya
perubahan kebudayaan dalam suatu masyarakat. c/o: konflik kepentingan antara
kaum pendatang dengan penduduk setempat didaerah transmigrasi, untuk
mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat dalam program
pembangunan bersama-sama para transmigran.
• Bencana alam
Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat
mempngaruhi perubahan c/o; bencana banjir, longsor, letusan gunung berapi masyarkat
akan dievakuasi dan dipindahkan ketempat yang baru, disanalah mereka harus
beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga terjadi
proses asimilasi maupun akulturasi.
• Perubahan lingkungan alam
Perubahan lingkungan ada beberapa faktor
misalnya pendangkalan muara sungai yang membentuk delta, rusaknya hutan karena
erosi atau perubahan iklim sehingga membentuk tegalan. Perubahan demikian dapat
mengubah kebudayaan hal ini disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya
adaptasi dengan lingkungan setempat.
2. Faktor ekstern
• Perdagangan
Indonesia terletak pada jalur perdagangan Asia
Timur denga India, Timur Tengah bahkan Eropa Barat. Itulah sebabnya Indonesia
sebagai persinggahan pedagang-pedagang besar selain berdagang mereka juga
memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat sehingga terjadilah
perubahan budaya dengan percampuran budaya yang ada.
• Penyebaran agama
Masuknya unsur-unsur agama Hindhu dari India
atau budaya Arab bersamaan proses penyebaran agama Hindhu dan Islam ke Indonesia
demikian pula masuknya unsur-unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama
Kristen dan kolonialisme.
• Peperangan
Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia umumnya
menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk peperangan, dalam suasana tersebut
ikut masuk pula unsure-unsur budaya bangsa asing ke Indonesia.
2.9
Kaitan
Manusia dan Kebudayaan
Manusia
sebagai perilaku kebudayaan yani dapat dipandang setara yang dinyatakan sebagai
dialektis, proses dialektis tercipta melalui tiga
tahap:
(1)
Eksternalisasi, proses manusia mengekspresikan
dirinya dalam membangun dunianya
(2)
Obyektivitas, proses msyarakat menjadi realitas
obyektif, yaitu kenyataan yang terpisah dari manusia
dan berhadapan dengan manusia
(3)
Internalisasi, proses masyarakat disergap
kembali oleh manusia, yakni manusia yang mempelajari
kembali masyarakatnya sendiri agar dapat idup dengan baik
Manusia dan kebudayaan pada dasarnya memiliki hubungan yang sangant erat kaitannya, karena hampir seluruh kegiatan manusia yang di kerjakaannya setiap saatnya merupakan sebuah kebudayaan. Berikut ini adalah 4 kedudukan manusia terhadap kebudayaan:
1)
penganut kebudayaan,
2)
pembawa kebudayaan,
3)
manipulator kebudayaan, dan
4)
pencipta kebudayaan.
BAB 3. Konsepsi
Ilmu Budaya Dasar dan kesusastraan
3.1
Pendekatan
kesusastraan
Sastra
merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti
"teks yang mengandung instruksi" atau
"pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi"
atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata
ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan"
atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya
sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra
yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi,
bukan sastra.
Sastra
adalah karya, sama posisinya seperti karya-karya yang lain, seperti Cerpen,
Puisi, lukisan, patung, Musik, Seni peran, dan apa
saja yang merupakan hasil dari proses penciptaan.
Sastra adalah sebuah karya yang diawali dengan kejujuran, diisi dengan kesungguhan hati dan diakhiri dengan kerelaan. Sastra juga
dapat didefinisikan sebagai cinta pada ciptaan Tuhan.
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena
seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreasifitas manusia. Seni sangat
sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa
masing-masing individu memilih sendiri peraturan dan
parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari kebebasan berekspresi,
dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang
pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat suatu medium, untuk menyampaikan
baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Seni merupakan suatu kebebasan.
Ilmu
Budaya Dasar pada kali ini berkaitan dengan budaya yang ada dalam keseharian
dan budaya bangsa. Ada istilah Humanities yang berasal dari bahasa latin yaitu,
manusiawi, berbudaya, dan halus.Hal ini tentunya sangat baik jika kita pelajar,
karna kita akan mendapatkan ciri dari manusia yang baik dalam
bermasyarakat.Istilah Humanities berkaitan dengan cabang-cabang ilmu lainnya seperti
filsafat, teologi, seni, dan cabang-cabangnya termasuksatra, sejarah, cerita
rakyat, dsb. Dari semua itu intinya adalah mempelajari masalah manusia dan
kebudayaan.
3.2
Ilmu
Budaya Dasar yang dihubungkan dengan prosa
Prosa berasal dari bahasa latin
"prosa" yang artinya "terus terang", yang merupakan karya
sastra yang disusun dalam bentuk cerita secara bebas,
yang tidak terikat rima dan irama. Jenis tulisan prosa
biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa
dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel,
ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.
Jenis-jenis
prosa ;
1. Dongeng
Dongeng merupakan cerita yang banyak diwarnai
peristiwa yang tidak masuk akal atau tidak mungkin
terjadi. Contoh: Pangeran Buruk Rupa, Si Kancil dan Buaya
2. Cerpen
Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk
prosa.
3. Novel
Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan
sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa
orang tokoh.
4. Biografi
Biografi adalah riwayat yang ditulis oleh orang
lain.
5. Esai
Esai merupakan karangan yang berisi ujaran
populer dan dengan pola penyajian yang bersifat santai.
Ulasan-ulasannya bersifat pribadi, akrab, dan asyik dibaca layaknya obrolan
biasa.
6. Kritik
Kritik merupakan tanggapan atau pertimbangan
atas baik buruknya suatu karya (puisi, cerepn, drama,
dsb). Kritik biasanya disertai dengan analisis dan kesimpulan-kesimpulan.
7. Artikel
Artikel adalah karya tulis lengkap yang dimuat
di Koran, majalah, atau internet.
Komponen dalam prosa lama ;
1. Pantun adalah bentuk puisi yang terdiri atas
empat baris yang bersajak bersilih dua-dua (pola ab-ab),
dan biasanya, tiap baris terdiri atas empat perkataan.
2. Gurindam adalah puisi Melayu lama yang
terdiri dari dua larik (baris), mempunyai irama akhir yang
sama dan merupakan satu kesatuan yang utuh.
3. Mantera adalah merupakan satu daripada genra
puisi Melayu tradisional yang diwarisi sejak zaman
primitif, prasejarah, animisme.
4. Talibun adalah sejenis puisi lama seperti
pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari
4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris).
5. Sage merupakan cerita lama yang berhubungan
dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan,
kesaktian dan keajaiban seseorang.
6. Hikayat: adalah salah satu bentuk sastra
prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan
tentang kehebatan maupun kepahlawanan
seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh
utama. Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan,
pelipur lara atau untuk membangkitkan semangat juang.
7. Sejarah: Sejarah (tambo), adalah salah satu
bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam
sejarah bisa dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah
raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama
8.Kisah: Kisah, adalah cerita tentang cerita
perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh : Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri
Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.
9.Dongeng: Dongeng, adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu sebagai berikut : Fabel, Mite (mitos), Legenda, Sage, Parabel
9.Dongeng: Dongeng, adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu sebagai berikut : Fabel, Mite (mitos), Legenda, Sage, Parabel
Komponen dalam prosa baru ;
1. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang
tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis
novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa italia novella yang
berarti "sebuah kisah, sepotong berita".
2. Biografi adalah kisah atau keterangan
tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks
daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan
seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan
yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut.
3. Cerpen adalah cerita yang berbentuk naratif.
Jadi cerpen bukan argumentasi atau analisa atau deskripsi.
4. Drama adalah satu bentuk karya sastra yang
memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata
ini berasal dari bahasa yunani yang berarti "aksi",
"perbuatan".
5. Soneta adalah salah satu bentuk sastra baru
yang berasal dari Italia. Soneta masuk kedalam sastra Indonesia
baru.
6. Roman: Roman adalah bentuk prosa baru
yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya
sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak
sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia.
7. Kritik: Kritik adalah karya yang
menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya
dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk
dengan kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.
8. Resensi: Resensi adalah pembicaraan /
pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui
karya tersebut dari berbagai aspek seperti
tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu
tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
9. Esai: Esai adalah ulasan / kupasan suatu
masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup,
tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan
drama, film, dll
3.3
Nilai-nilai
dalam prosa fiksi
Prosa fiksi merupakan sebuah bentuk karya
sastra yang disajikan dalam bentuk bahasa yang tidak terikat oleh jumlah kata dan unsur musikalitas. Bahasa yang
tidak terikat itu digunakan untuk menyampaikan
tema atau pokok persoalan dengan sebuah amanat yang
ingin disampaikan berkenaan dengan tema tersebut. Oleh
karena itu, dalam apresiasi dengan tujuan tnembenkan penghargaan terhadap karya prosa itu, kita haruslah
bisa “membongkar” dan menerangjelaskan hal-hal yang
berkenaan dengan ukuran keindahan dan “kelebihan”
karya prosa itu.
Nilai-nilai
dalam prosa fiksi ;
1. Nilai penikmatan atau menyenangi. Tindakan
operasionalnya pada tahap ini adalah
misahiya membaca karya sastra (puisi maupun
novel}, menghadiri acara deklamasi, dan
sebagainya.
2. Nilai penghargaan. Tindakan operasionalnya,
antara lain, melihat kebaikan, nilai, atau
manfaat suatu karya sastra, dan merasakan
pengaruh suatu karya ke dalam jiwa, dan
sebagainya.
3. Nilai pemahaman. Tindakan opersionalnya
adalah meneliti dan menganalisis unsur
intrinsik dan unsur ektrinsik suatu karya:
astra, serta berusaha menyimpulkannya.
4. Nilai penghayatan. Tindakan operasionalnya
adalah rnenganalisis lebih lanjut akan suatu
karya, mencari hakikat atau makna suatu karya
beserta argumentasinya; membuat tafsiran
dan menyusun pendapat berdasarkan analisis yang
telah dibuat.
5. Nilai penerapan. Tindakan operasionalnya
adalah mclahirkan ide baru, mengamalkan
penemuan, atau mendayagunakan hasil operasi
dalam mencapai material, moral, dan
struktural untuk kepentingan sosial, politik,
dan budaya.
6. Nilai kesenangan
Keistimewaannya pembaca mendapatkan pengalaman
sebagaimana mengalami sendiri peristiwa tersebut
7. Nilai informasi
Fiksi memberikan sedikit informasi yang tidak
terdapat di dalam ensiklopedi.
8. Nilai warisan cultural
Prosa fiksi dapat menstimulasi imaginasi dan
warisan budaya bangsa.
9. Nilai keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi sesorang dapat menilai
kehidupan berdasarkan pengalaman dengan banyak individu.
Contoh Karya Sastra:
1. Mahabarata dan Ramayana
2. Siti Nurbaya
3. Salah Asuhan
4. Sengsara Membawa Nikmat
Contoh Prosa:
- Contoh novel :Ave Maria oleh Idrus, Keluarga
Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang,
Surabaya oleh Idrus.
- Contoh cerpen :Radio Masyarakat oleh Rosihan
Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno
Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A.
Navis.
- Contoh biografi :Soeharto Anak Desa, Prof.
Dr. B.I Habibie, Ki Hajar Dewantara.
3.4
Ilmu
Budaya Dasar yang dihubungkan dengan puisi
Puisi
adalah suatu rangkaian kata-kata yang membentuk beberapa kalimat yang penuh dengan makna hidup, alam,
bahkan keTuhanan yang di ekspresikan oleh sang penyair dalam
bentuk tulisan maupun ekspresi dari puisi yang
dibacakan.
Puisi
termasuk seni sastra, sedangkan sastra bagian dari kesenian, dan kesenian
cabang unsur dari kebudayaan.
puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan
manusia, alam, tuhan melalui media bahasa yang
artistik/estetik, nyang secara padu dan utuh di
padatkan kata-katanya.
Kepuitisan,
keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya
dengan menggunakan:
o
Figura bahasa, seperti gaya personifikasi,
metafora, perbandingan, alegori, dsb.
o
Kata-kata yang ambiquitas, yaitu kata-kata yang
bermakna ganda, banyak tafsir.
o
Kata-kata yang berjiwa, yaitu kata-kata yang
sudah di beri suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
o
Kata-kata yang konotatif, yaitu kata-kata yang
sudah di beri tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu. Pengulangan, yang berfungsi
untuk mengintensifkan hal-hal yang di lukiskan, sehingga lebih menggugah hati.
Adapun alasan-alasan yang mendasari penyajian
yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan ilmu budaya dasar adalah :
o
Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia.
o
Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
o
Puisi dan keinsyafan sosial.
Macam-macam puisi dibedakan berdasarkan zaman:
o
Puisi baru : Puisi yang muncul karena pengaruh
sastra barat. Puisi baru adalah puisi yang lebih bebas dalam penggunaan rima, pilihan kata, serta irama.
o
Puisi Lama : Puisi yang mengikuti ketentuan
umum pada puisi seperti, rima, irama, dan baris.
Jenis puisi lama :
·
Mantra
·
Karmina (Pantun singkat)
·
Talibun
·
Syair
·
Gurindam
v
Puisi Modern : Puisi bebas yang muncul pada
tahun awal kemerdekaan yang dipelopori oleh Chairil Anwar. Puisi ini tidak mengutamakan bentuk puisi namun lebih
mengutamakan isi dan makna dari puisi
tersebut.
Contoh Puisi :
Lagu Siul - Chairil Anwar
Laron pada mati
Terbakar di sumbu lampu
Aku juga menemu
Ajal di cerlang caya matamu
Heran! ini badan yang selama berjaga
Habis hangus di api matamu
'Ku layak tidak tahu saja
Contoh Puisi :
Debu yang Mulia
Puisi kurniawan hadi sutomo
Seakan berbisik membawa berita pagi
keluar dari sela-sela pipa besi panjang
bagai senandung berirama abstrak
Ku tatap langit gagah membentang
namun tak biru lagi warnanya
terhalang pekat, terbendung sinarnya
Menggunung dan meluap
mengikat jantung menarik nafas
hingga aku jatuh dan memohon
Goresan tinta tanda kepedulian
berkumandang lantang di atas mimbar
bagai telur tanpa kuningnya
Mungkin terlalu tua untuk di jaga
Mungkin terlalu dini ditanyakan
Dan mungkin terlalu lama jawaban itu ada
Kini hanya tersisa kertas ini sebagai tanda
debu yang mulia
Karya : kurniawan hadi sutomo
BAB 4. Manusia
dan Cinta Kasih
Menurut kamus umum bahasa indonesia karya w.j.s.
poerwadarminta, cinta adalah rasa sangat suka(kepada)
atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tetarik
hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang
atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian
arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa
cinta. Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai
perasaan suka(sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh
belas kasihan.
Walaupun cinta kasih mengandung arti hampir
bersamaan, namun terdapat perbedaan juga antara keduanya.
Cinta lebih mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih lebih
keluarnya; dengan kata lain bersumber dari cinta yang
mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Cinta memegang peran yang penting dalam
kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam
kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang
erat dimasyarakat, dan hubungan manusiawi yang akrab.
Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antar manusia
dengan tuhannya sehingga manusia menyembah tuhan dengan ikhlas, mengikuti perintahnya, dan berpegang teguh pada syariatnya.
Cinta memiliki tiga tingkatan, yaitu tinggi, menengah dan rendah.
v
Cinta tingkat tertinggi adalah cinta kepada
tuhan.
v
Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada
orangtua, anak, saudara, istri atau suami dan kerabat.
v
Cinta tingkat terendah adalah cinta yang lebih
mengutamakan cinta keluarga, kerabat, harta dan tempat
tinggal.
Menurut
ibnu al-arabi
Mari
kita simak pendapat Ibnu al-arabi (tokoh filosofo islam) mengenai rasa cinta.
Ibnu al-araby membagi cinta pada 3 tingkatan, yaitu:
1.Cinta
Natural. cinta ini bersifat subjektif, kita lebih mementingkan keuntungan diri
sendiri. Contohnya, kita dapat mencintai seseorang
karna dia telah menolong kita, berbuat baik pada kita. Seperti
cintanya seekor kucing pada majikannya karna telah merawatnya.
2.Cinta
Supranatural. Cinta ini brsifat objektif, tanpa pamrih. dimana kita akan
mencintai seseorang dengan tulus tanpa mengharapkan
timbal balik walau masih ada muatan subjektif. Contohnya seperti cintanya seorang ibu pada anaknya, ia rela berkorban apapun
dan bgaimanapun caranya demi kebaikan anaknya walaupun
tanpa ada balasan (rasa cinta) dari anaknya tersebut. Pada tingkat inilah kita akan mulai memahami pepatah yang menyabutkan “CINTA TAK
HARUS MEMILIKI”
3.Cinta
Ilahi. Inilah kesempurnaan dari rasa cinta. Kita tidak hanya akan mendahulukan
kepentingan objek yand kita cintai,. Lebih dari itu,
ketika kita telah mencapai tingkatan ini kita tidak akan lagi melihat diri kita sebagai sesuatu yang kita miliki, penyerahan
secara penuh, sirnanya kepentingan pribadi. Kita merasa
bahwa apapun yang kita miliki adalah milik objek yang kita cintai.
Menurut
KANG ZAIN
1. Cinta
berbasis Shodr (lapisan hati luar)
Ciri-cirinya
adalah perasaan mudah gelisah, kecenderungan yang ada adalah untuk memiliki
bukan untuk memberi. Sifatnya jasadi atau fisik. Dan
kental sekali berbau dunia. Ingin punya ini dan ingin punya
itu … tapi sering lupa mensyukuri apa yang sudah dimiliki.
2. Cinta
berbasis Qolbu (lapisan hati tengah)
Ciri-cirinya
adalah perasaan kadang gelisah tapi kadang tenang bahagia. Kadang menikmati
tapi kadang menyesali. Kadang inget Tuhan tapi kadang
inget kekasih hati ciptaan Tuhan. Perasaannya bolak-balik seperti
Qolbu. Jika ia memiliki hati yang bersih maka walaupun ia mencintai makhluk
Tuhan, ia tetap paham prosedur syariat yang harus
dilewati. Sehingga ia bisa memiliki sesuatu dengan cara yang dirahmati
Tuhan.
3. Cinta
berbasis Fuad (lapisan hati dalam)
Inilah
cinta yang sejati, sangat dalam dan penuh sensasi yang melupakan (dunia). Ia
begitu dalam sehingga tidak mudah lepas, bahkan tidak
bisa lepas. Hatinya bergantung penuh kepada Tuhan. Ia nyaris
lupa akan dunia.
Triangular
Theory of Love
Di dalam teori ini, cinta digambarkan memiliki
tiga elemen/komponen yang berbeda, yaitu : keintiman (intimacy),
gairah/nafsu (passion), dan kesepakatan/komitmen (commitment). Teori ini
dikemukakan oleh Robert Sternberg – seorang ahli
psikologi. Berbagai gradasi maupun jenis cinta timbul karena perbedaan
kombinasi di antara ketiga elemen tersebut. Suatu hubungan interpersonal yang didasarkan hanya pada satu elemen ternyata lebih rapuh
daripada bila didasarkan pada dua atau tiga elemen.
Berdasarkan
“Triangular Theory of Love” disebutkan beberapa bentuk-bentuk (wajah) cinta,
yaitu :
1. Menyukai (liking) atau pertemanan karib
(friendship), yang cuma memiliki elemen intimacy.
Dalam jenis ini, seseorang merasakan keterikatan, kehangatan, dan kedekatan dengan orang lain tanpa adanya perasaan gairah/nafsu yang menggebu atau komitmen jangka panjang.
Dalam jenis ini, seseorang merasakan keterikatan, kehangatan, dan kedekatan dengan orang lain tanpa adanya perasaan gairah/nafsu yang menggebu atau komitmen jangka panjang.
2. Tergila-gila (infatuation) atau
pengidolaan (limerence), hanya memiliki elemen passion. Jenis ini disebut juga Infatuated Love, seringkali orang
menggambarkannya sebagai “cinta pada pandangan pertama”.
Tanpa adanya elemen intimacy dan commitment, cinta jenis ini mudah berlalu.
3.Cinta hampa (empty love), dengan elemen
tunggal commitment di dalamnya. Seringkali cinta yang
kuat bisa berubah menjadi empty love, yang tertinggal hanyalah commitment tanpa
adanya intimacy dan passion. Cinta jenis ini banyak
dijumpai pada kultur masyarakat yang terbiasa dengan perjodohan
atau pernikahan yang telah diatur (Era Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih?)
4.Cinta romantis (romantic love). Cinta
jenis ini memiliki ikatan emosi dan fisik yang kuat (intimacy) melalui dorongan passion.
5.Cinta persahabatan sejati (companionate
love). Didapatkan pada hubungan yang telah kehilangan
passion tetapi masih memiliki perhatian dan intimacy yang dalam serta
commitment. Bentuk cinta seperti ini biasanya terjadi
antar sahabat yang berlawanan jenis.
6.Cinta semu (fatuous love), bercirikan
adanya masa pacaran dan pernikahan yang sangat bergelora dan
meledak-ledak (digambarkan “seperti angin puyuh”), commitment terjadi terutama
karena dilandasi oleh passion, tanpa adanya pengaruh
intimacy sebagai penyeimbang.
7.Cinta sempurna (consummate love), adalah
bentuk yang paling lengkap dari cinta. Bentuk cinta ini merupakan
jenis hubungan yang paling ideal, banyak orang berjuang untuk mendapatkan,
tetapi hanya sedikit yang bisa memperolehnya.
Sternberg mengingatkan bahwa memelihara dan mempertahankan
cinta jenis ini jauh lebih sulit daripada ketika meraihnya. Sternberg
menekankan pentingnya menerjemahkan elemen-elemen
cinta ke dalam tindakan (action). “Tanpa ekspresi, bahkan
cinta yang paling besar pun bisa mati” kata Sternberg.
8. Non Love, adalah suatu hubungan yang
tidak terdapat satupun dari ketiga unsur tersebut. hanya ada
interaksi namun tidak ada gairah, komitmen, ataupun rasa suka.
4.1
Pengertian
cinta kasih
Ada
beberapa pendapat mengenai pengertian cinta kasih, yaitu :
- Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan J.S. Purwodarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau rasa sayang (kepada), ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta (kepada) atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian, arti cinta dan kasih itu hamper sama sehingga kata kasih dapat dikatakan lebih memperkuat rasa cinta. Oleh karena itu, cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
- Erich Fromm (1983: 24-27) dalam bukunya Seni Mencintai menyebutkan bahwa cinta itu terutama member, bukan menerima, dan member merupakan ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan. Yang paling penting dalam member adalah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyertakan unsure-unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian, dan pengenalan.
- Sarlito W. Sarwono mengemukakan bahwa cinta itu memiliki tiga unsure, yaitu ketertarikan, keintiman, dan kemesraan. Keterikatan adalah perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas hanya untuk dia. Keintiman yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukan bahwa antara Anda dan dia sudah tidak ada jarak lagi sehingga panggilan-panggilan formal seperti Bapak, Ibu, Saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan seperti sayang. Sedangkan kemesraan adalah adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen jika jauh dan lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa sayang. Ketiga unsur cinta tersebut sama kuatnya, jika salah satu unsur cinta itu tidak ada maka cinta itu tidak sempurna atau dapat disebut bukan cinta.
Secara sederhana cinta kasih adalah perasaan kasih sayang yang dibarengi
unsur terikatan, keintiman dan kemesraan (Cinta Ideal
/ Segitiga Cinta) di sertai dengan belas kasihan, pengabdian yang
diungkapkan dengan tingkah laku yang bertanggung jawab. Tanggung jawab yang
diartikan akibat yang baik, positif, berguna, saling
menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan dan
kebahagiaan.
Cinta sama sekali bukan nafsu. Perbedaan antara
cinta dengan nafsu adalah sebagai berikut :
Cinta bersifat manusiawi
Cinta bersifat manusiawi
Cinta
bersifat rohaniah sedangkan nafsu bersifat jasmaniah
Cinta
menunjukkan perilaku member, sedangkan nafsu cenderung menuntut
Cinta juga selalu menyatakan unsur – unsur dasar tertentu, yaitu :
Cinta juga selalu menyatakan unsur – unsur dasar tertentu, yaitu :
- Pengasuhan, contohnya cinta seorang ibu kepada anaknya
- Tanggung jawab, adalah tindakan yang benar – benar berdasarkan atas suka rela
- Perhatian, merupakan suatu perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan pribadi orang lain agar mau membuka dirinya
- Pengenalan, merupakan keinginan untuk mengetahui rahasia manusia
4.2
Cinta
menurut ajaran agama
Ada yang berpendapat bahwa etika cinta dapat
dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan dengan agama.
Tetapi dalam kenyataan hidup manusia masih mendambakan tegaknya cinta dalam kehidupan ini. Di satu pihak, cinta didengkan dengan lagu
dan organisasi perdamaian dunia, tetapi di pihak lain
dalam praktek kehidupan cinta sebagai dasar kehidupan jauh dari kenyataan. Atas
dasar ini, agama memberikan ajaran cinta kepada
manusia.
Dalam kehidupan manusia, cinta menampakkan diri
dalam berbagai bentuk. Kadang-kadang seseorang
mencintai dirinya sendiri. Kadang- kadang mencintai orang lain, atau juga istri
dan anaknya, harta, atau Allah dan Rasulnya. Berbagai
bentuk cinta ini bisa kita dapatkan dalam kitab suci
Al-Qur’an.
1.
Cinta Diri
Cinta diri erat kaitannya dengan menjaga diri.
Manusia senang untuk tetap hidup,mengembangkan potensi
dirinya,dan meng aktualisasikan dirinya dan ia pun mencintai segala sesuatu yang mendatangkan
kebaikan pada dirinya. Sebaliknya ia membenci segala sesuatu yang menghalanginya untuk hidup. Berkembang, mengaktualisasikan diri, mendatangkan rasa
sakit, penyakit
dan mara bahaya. Al –Qur’an telah mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya
sendiri ini, kecenderungannya untuk
menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna
bagi dirinya, dan menghindari dari segala sesuatu yang membahayakan keselamatan
dirinya, melalui ucapan Nabi Muhammad SAW, bahwa
seandainya beliau mengetahui hal-hal gaib, tentu
beliau akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi dirinya dan menjauhkan dirinya
dari segala keburukan.
Namun hendaknya cinta manusia pada dirinya
tidaklah terlalu berlebih-lebihan dan melewati batas. Sepatutnya
cinta pada diri sendiri ini diimbangi dengan cinta pada orang lain dan cinta
berbuat kebajikan pada mereka.
2. Cinta
kepada Sesama Manusia
Agar manusia dapat hidup dengan penuh
keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya , ia tidak
boleh tidak harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan egoismenya. Oleh
karena itu,Allah ketika memberi isyarat tentang
kecintaan manusia pada dirinya sendiri, seperti yang tampak pada keluh kesahnya apabila ia tertimpa kesusahan dan usahanya yang
terus menerus untuk memperoleh kebaikan serta
kebakhilannya dalam memberikan sebagian karunia yang diperolehnya, setelah itu Allah langsung memberikan pujian kepada orang-orang yang
berusaha untuk tidak berlebih-lebihan dalam cintanya
kepada dirinya sendiri dan melepaskan diri dari gejala-gejala itu adalah dengan
melalui iman, menegakkan sholat, memberikan zakat,
bersedekah terhadap orang-orang miskin dan tak punya,
dan menjauhi segala larangan Allah.
Keimanan yang demikian ini akan bisa menyeimbangkan
antara cintanya kepada diri sendiri dan cintanya pada
orang lain, dan dengan demikian bisa
merelisasikan kebaikan individu dan masyarakat.
Al-Qur’an juga menyeru kepada orang-orang yang beriman agar saling mencintai seperti cinta mereka pada diri mereka sendiri. Dalam seruan
itu sesungguhnya terkandung pengarahan kepada mukmin
agar tidak berlebih-lebihan dalam mencintai diri sendiri.
3. Cinta Seksual
Cinta erat kaitannya dengan dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja
dalam melestarikan kasih sayang, keserasian, dan
kerjasama antar suami dan istri. Ia merupakan faktor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga :
“Dan
diantara tanda-tanda kekuasanNya ialah Dia yang menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung, dan
merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi yang berpikir.” (QS,Ar-Rum, 30:12)
Dorongan seksual melakukan suatu fungsi penting
yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan jenis.
4. Cinta Keibuan
Kasih sayang itu bersumber dari cinta keibuan,
yang paling asli dan yang terdapat pada diri seorang ibu
terhadap anaknya sendiri. Ibu dan anak terjalin suatu ikatan fisiologi. Seorang
ibu akan memelihara anaknya dengan hati-hati penuh
dengan kasih sayang dan naluri alami seorang ibu. Sedangkan
menurut para ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukan karena fisologis, melainkan dorongan psikis.
5. Cinta Kebapakan
Mengingat bahwa antar ayah dan anak-anaknya
tidak terjalin oleh ikatan-ikatan
fisiologis seperti yang menghubungkan si ibu dan
anaknya , maka para ahli ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan
kebapakan bukanlah dorongan fisiologis seperti halnya dorongan keibuan,
melainkan dorongan psikis. Dorongan ini nampak jelas
dalam cinta bapak kepada anak-anaknya , karena mereka
sumber kesenangan, kegembiraan baginya ,
kekuatan, kebanggan ,dan merupakan faktor penting bagi
kelangsungan peran bapak dan kehidupan dan tetap terkenangnya setelah dia meninggal dunia.
Cinta kebapakan dalam Al-Qur’an diisyaratkan
dalam kisah Nabi Nuh as. Betapa cintanya ia kepada
anaknya, tampak jelas ketika ia memanggilnya dengan penuh rasa cinta,kasih
sayang, belas kasihan, untuk naik perahu agar tidak
tenggelam ditelan ombak :
“…Dan Nuh memanggil anaknya – sedang anak itu
berada di trmpat yang jauh terpencil – : “Hai
..anakku naiklah (kekapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama-sama
orang-orang yang kafir.” (QS, Yusuf, 12:84)
Biasanya cinta kebapakan nampak dalam perhatian
seorang bapak kepada anak-anaknya, asuhan, nasehat,
dan pengarahan yang diberiaknnya kepada mereka , demi kebaikan dan kepentingan mereka sndiri.
6. Cinta Kepada Allah
Merupakan puncak cinta manusia, yang paling
jernih, spiritual dan yang dapat memberikan tingkat perasaan
kasih sayang yang luhur, khususnya perasaan simpatik dan sosial. Cinta yang
ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta
menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam
kehidupan dan menundukkan semua bentuk cinta yang lain. Semua tingkah
laku dan tindakannya ditujukan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan
ridha-Nya :
“Katakanlah : “Jika kamu (benar-benar)mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.”
Allah maha pengampun lagi maha penyayang” (QS Ali Imran, 3:31)
Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah
akan membuat cinta itu menjadi kekuatan pendorong yang
mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukkan semua bentuk kecintaan lainnya. Cinta ini pun juga akan membuatnya menjadi seorang
yang cinta pada sesama manusia, hewan, semua makhluk
Allah dan seluruh alam semesta.
7. Cinta Kepada Rasul
Cinta kepada rasul, yang diutus Allah sebagai
rahmah bagi seluruh alam semesta, menduduki peringkat
kedua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan ideal sempurna
bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai
sifat luhur lainnya
4.3
Kasih
sayang
Pengertian kasih sayang menurut kamus umum
bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwadaminta yaitu
perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka pada seseorang. Dalam
berumah tangga kasih sayang merupakan kunci
kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Dalam kasih sayang sadar atau tidak dituntut tanggung jawab,
pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling
pengertian, saling terbuka, sehingga
keduannya merupakan suatu kesatuan yang utuh. Seorang
remaja menjadi frustasi, morfinis, berandalan dan sebagainya itu disebabkan
karena kekurangan perhatian dan kasih sayang dalam
kehidupan keluarga.
Kasih sayang, dasar komunikasi dalam suatu
keluarga. Komunikasi antara anak dan orang tuanya pada
prinsipnya anak terlahir dan terbentuk sebagai hasil curahan kasih sayang orang
tuanya. Pengembangan watak anak dan selanjutnya tak
boleh lepas dari kasih sayang dan perhatian orang tuanya.
Suatu hubungan yang harmonis akan terjadi bila hal itu terjadi secara timbal
balik antara orang tua dan anak.
4.4
Kemesraan
Kemesraan berasal dari kata mesra yang berarti
erat atau karib sehingga kemesraan berarti hal yang menggambarkan
keadaan sangat erat atau karib. Kemesraan juga bersumber dari cinta kasih dan merupakan realisasi nyata. Kemesraan dapat diartikan sama
dengan kekerabatan, keakraban yang dilandasi rasa
cinta dan kasih. Tingkatan kemesraan dapat dibedakan berdasarkan umur, yaitu :
Ø
Kemesraan dalam Tingkat Remaja, terjadi dalam
masa puber. Pubertas yaitu dimana masa remaja memiliki
kematangan organ kelamin yang menyebabkan dorongan seksualitasnya kuat
Ø
Kemesraan dalam Rumah Tangga, terjadi antara
pasangan suami istri dalam perkawinan. Biasanya pada
tahun tahun awal perkawinan, kemesraan masih sangat terasa, namun bisa sudah agak lama biasanya semakin berkurang.
Ø
Kemesraan Manusia Usia Lanjut
4.5
Pemujaan
Pemujaan
dimulai sejak manusia dilahirkan dengan akal yang dimilikinya.Manusia telah
berfikir kritis tentang alam dan kejadiannya. Pemujaan
adalah dimana kita memuja atau mengagungkan sesuatu
yang kita percayai kebenarannya.Pemujaan dapat dilakukan dalam berbagai aspek
seperti memuja pada leluhur,memuja pada agama tertentu
atau kepercayan yang ada.seperti pemujaan pada leluhur
adalah suatu kepercayaan bahwa para leluhur yang telah meninggal masih memiliki
kemampuan untuk ikut mempengaruhi keberuntungan orang
yang masih hidup. Dalam beberapa budaya Timur dan
tradisi penduduk asli Amerika, tujuan pemujaan leluhur adalah untuk menjamin kebaikan leluhur dan sifat baik pada orang hidup,
dan kadang-kadang untuk meminta suatu tuntunan atau
bantuan dari leluhur.
Fungsi
sosial dari pemujaan leluhur adalah untuk meningkatkan
nilai-nilai kekeluargaan, seperti bakti pada orangtua, kesetiaan keluarga,
serta keberlangsungan garis keturunan
keluarga.Sedangkan, memuja kepada agama dapat diwujudkan dengan
mengagumi dan bersyukur kepada Sang Pencipta. Dalam mencari bentuk-bentuk
pemujaan dapat berupa ibadah sebagai media komunikasi
antara manusia dengan Tuhan, membangun tempat ibadah
yang sebaik-baiknya, mencipta lagu, puisi, novel, film, dan sebagian yang
bertema mencintai Sang Pencipta.
4.6
Belas
kasihan
Kasih sayang atau belas kasih ialah sifat yang
terdapat baik pada Allah maupun pada manusia.Belas
kasih adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh semua manusia. Mungkin banyak yang
mengira ini melulu tentang uang. Bila orang berbelas
kasih kepada orang lain berarti ia lalu membantu orang itu
secara finansial.
Namun tidak hanya itu, semua orang hidup di
bawah belas kasih orang lain. Bagaimana tidak, seberapa
pun banyak uang yang kita miliki, jika kita sakit dan pergi berobat ke dokter,
kita tergantung pada belas kasihan dokter. Jika kita
mendapat dokter yang tidak berbelas kasihan-hanya
dimotivasi uang-penyakit kita tidak ia sembuhkan, malahan mungkin makin parah
demi kita membayar lebih banyak. Bahkan dalam
keseharian kita pun kita harus ingat bahwa kita hidup dalam belas kasihan orang
lain. Terutama di jalan raya. Walau kita sudah
berhati-hati dan berusaha menaati peraturan lalu-lintas, jika
ada satu orang saja yang tidak berbelas kasih kepada orang lain dan berniat
mencelakai hidupnya sendiri dan hidup orang lain, kita
bisa celaka. Dan masih banyak contoh lain. Seperti, kasus bom
Bali, bom di depan kedutaan Australia, korupsi.
4.7
Cinta
kasih erotis
Cinta
kasih erotis yaitu kehausan akan penyatuan yang sempurna, akan penyatuan dengan
seseorang lainnya. cinta kasih erotis bersifat
ekslusif, bukan universal, pertama-tama cinta kasih erotis
kerap kali di campurbaurkan dengan pengalaman yang dapat di eksplosif berupan
jatuh cinta. Tetapi seperti yang telah dikatakan
terlebih dahulu , pengalaman intimitas, kemesraan yang tiba-tiba ini pada hakekatnya hanya sementara.
Dalam
cinta kasih erotis terdapat eksklusivitas yang tidak terdapat dalam cinta kasih
persaudaraan dan cinta kasih keibuan, sering kali
eksklusivitas dalam cinta kasih erotis
di salah tafsirkan dan di artikan sebagai suatu ikatan
hak milik, contoh sering kita jumpai separang orang-orang yang sedang saling mencintai tanpa merasakan cinta kasih terhadap setiap
orang lainya.
Cinta
kasih erotis apabila ia benar-benar cinta kasih, mempunyai satu pendirian yaitu
bahwa seseorang sunguh-sunguh mencintai dan mengasihi
dengan jiwanya yang sedalam-dalamnya dan menerima
pribadi orang lain(wanita ataupun pria). Hal ini merupakan dasar gagasan bahwa
suatu pernikahan tradisional, yang kedua mempelainya
tidak pernah memilih jodohnya sendiri, beda halnya
dengan kebudayaan barat/ zaman sekarang, gagasan itu ternyata tidak dapat
diterima sama sekali. Cinta kasih hanya di anggap
sebagai hasil suatu reaksi emosional dan spontan.
Dengan
demikian, bahwa cinta kasih erotis merupakan atraksi individual belaka maupun pandangan bahwa cinta kasih erotis itu tidak lain dari
perbuatan kemauan.
BAB 5. Manusia
dan Keindahan
5.1
Keindahan
Kata keindahan berasal dari kata indah yang
berarti bagus, permai, cantik, molek dan sebagainya.
Tentunya kita semua dan saya sendiri tahu
bahwa keindahan merupakan sesuatu, baik itu
benda, pemandangan atau bahkan alunan musik yang enak dilihat, didengar dan memiliki nilai estetika yang tinggi. Kita sebagai manusia
tentunya menyukai keindahan, contohnya keindahan akan
lukisan yang dipajang di ruang tamu kita, karena lukisan tersebut indah maka
kita memasangnya di ruang tamu karena lukisan tersebut
indah, bagus, dan memiliki nilai estetika dan seni
yang tinggi.
Definisi Keindahan Menurut Para Ahli
·Herbet Read merumuskan bahwa keindahan
adalah kesatuan dan hubungan-hubungan bentuk yang
terdapat diantara pencerapan-pencerapan indrawi manusia.
·Thomas Aquinos (1225-1274) mengatakan
bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bila
mana dilihat (Id qout visum placet).
·Khalil Gibran mengungkapkan bahwa
Keindahan adalah sesuatu yang menarik jiwamu. Keindahan
adalah cinta yang tidak memberi namun menerima.
·Baumgarten mengungkapkan keindahan
adalah keseluruhan yang merupakan susunan yang teratur
dari bagian- bagian yang saling berhubungan satu sama lain, atau dengan
keseluruhan itu sendiri.
·The Liang Gie dalam bukunya “ Garis
Besar Estetik” (Filsafat Keindahan), dalam bahasa Inggris
keindahan diterjemahkan dengan kata “Beautiful”, bahasa Perancis “Beau”
, Italia dan Spanyol “Bello” , kata-kata itu
berasal dari bahasa Latin “Bellum” , akar katanya adalah “Bonum” yang berarti kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan
menjadi “Bonellum” dan terakhir dipendekkan
menjadi “bellum”.
Selain itu, pengertian keindahan dapat dilihat
dalam arti luas, estetik murni, dan terbatas, yaitu :
o
Keindahan dalam arti luas, yaitu
keindahan dalam ide kebaikan, watak yang indah, dan hukum yang
indah. Keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga indah.
o
Keindahan dalam arti estetik murni, yaitu
pengalaman estetik seseorang pada hubungannya dengan
apa yang diserapnya.
o
Keindahan dalam arti terbatas, yaitu
keindahan yang dapat diserap seseorang melalui panca indera.
Keindahan juga memiliki nilai-nilai, yaitu
nilai intrinsik dan nilai ekstrinsik.
- Nilai intrinsik: sifat baik yang terkandung
di dalamnya.
- Nilai ekstrinsik: suatu alat untuk membantu
suatu hal.
Keindahan yang kita rasakan dalam hidup ini,
dapat kita kita nikmati menurut selera seni dan selera biasa.
Keindahan yang dinikmati menurut selera seni didukung oleh faktor kontemplasi
dan ekstensi. Kontemplasi adalah dasar dari dalam diri
manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi
adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan, dan menimati
sesuatu yang indah. Penggabungan kontemplasi dan
ekstensi dan dihubungkan di luar diri manusia maka akan
terjadi penilaian bahwa sesuatu itu indah. Sesuatu yang indah akan menarik
perhatian orang.
5.2
Renungan
Renungan berasal dari kata dasar renung, yang
berarti diam-diam memikirkan sesuatu atau memikirkan
sesuatu dengan dalam-dalam. Setiap orang pastinya pernah merenung, merenungkan hal-hal yang telah terjadi selama hidup, memikirkan kembali
segala sesuatu yang dialami dalam hidupnya, kemudian memikirkan dalam-dalam
segala sesuatu yang terjadi dalam hidup saya, baik
buruknya, bermanfaat atau tidaknya dan sebagainya. Hasil dari merenung itu disebut sebagai renungan.
Ada beberapa teori dalam renungan, yaitu:
Ada beberapa teori dalam renungan, yaitu:
1. Teori Metafisik
Teori ini merupakan salah satu teori tertua
yang berasal dari Plato, yang karya-karya tulisannya sebagian
membahasa estetik filsafati, konsepsi keindahan, dan teori seni. Mengenai
sumber seni, Plato mengemukakan teori peniruan. Hal
ini sesuai dengan metafisika Plato yang mendalilkan adanya
dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita ilahi. Dalam jaman modern
ini, teori metafisik lainnya dikemukakan oleh filsuf Arthur
Schopenhauer (1788-1860). Menurut beliau, seni adalah
suatu bentuk dari pemahaman terhadap realita.
2. Teori Psikologis
Sebagian ahli estetik abad modern menelaah
teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam
pikiran penciptanyna dengan menggunakan metode-metode psikologis. Misalnya,
menurut teori psikoanalisi bahwa proses penciptaan
seni adalah pemenuhan keinginana alam bawah sadar seseorang.
Teori lain yang dapat dimasukkan ke dalam teori psikologis adalah teori
penandaan yang memandang seni sebagai suatu tanda atau
lambang manusia. Menurut teori penandaan, karya seni adalah
iconic signs dari proses psikologis yang berlangsung dalam diri manusia,
khususnya tanda-tanda dari perasaannya.
3. Teori
Pengungkapan
Dasar dari teori ini adalah bahwa “art is an
expression of human feeling”. Teori ini berhubungan dengan
yang dialami seorang seniman yang akan
menciptakan suatu karya seni. Tokoh teori ekspresi yang
paling terkenal adalah seorang filsuf Italian bernama Benedeto Croce
(1886-1952) dengan karyanya yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris yang berjudul “Aesthetic as Science of
Expression and General Linguistic”. Dalam buku tersebut, beliau menyatakan
bahwa “art is expression of impressions” (seni
adalah pengungkapan dari kesan-kesan)
5.3
Keserasian
Keserasian, berasal dari kata serasi, dimana
serasi memiliki arti cocok atau sesuai benar. Kata
cocok mengandung unsur perpaduan , pertentangan ukuran, dan seimbang. Segala
sesuatu yang serasi pasti menghasilkan suatu
keindahan, misalnya keserasian pakaian yang kita kenakan, maka
akan terlihat indah dan enak untuk dilihat.
Ada beberapa teori keserasian, diantaranya:
Ada beberapa teori keserasian, diantaranya:
1. Teori Objektif
Teori ini berpendapat bahwa keindahan atau
ciri-ciri yang menciptakan nilai estetika adalah sifat yang memang melekat
dalam bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pendukung teori ini adalah Plato, dan Hegel.
2. Teori Perimbangan
Teori ini berpendapat bahwa keindahan dianggap
sebagai kualitas dari benda-benda yang disusun. Hubungan
dari bagian-bagian yang menciptakan keindahan dapat dinyatakan sebagai
perimbangan atau perbandingan angka-angka. Pendukung
teori ini adalah Pythagoras.
3. Teori Subjektif
Teori ini berpendapat bahwa ciri-ciri yang
menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada
hanya perasaan dalam diri sesorang yang mengamati suatu benda. Pendukung teori
ini adalah Henry Home, Earlof Shaffesburry
DAFTAR PUSTAKA
https://massofa.wordpress.com/2008/10/21/pengertian-tujuan-dan-ruang-lingkup-ilmu-budaya-dasar/
https://bayusetiawan21.wordpress.com/2013/03/12/pengertian-tujuan-dan-ruang-lingkup-ilmu-budaya-dasar/
https://sanusiadam79.wordpress.com/2013/03/14/manusia-dan-kebudayaan/
http://beniazhari.blogspot.co.id/2010/12/pengertian-perubahan-kebudayaan-adalah.html
https://vidyakanshapurnagita.wordpress.com/2014/11/03/makalah-konsepsi-ilmu-budaya-dasar-dalam-kesusastraan/
https://robertyusnanto.wordpress.com/2010/10/31/konsepsi-ilmu-budaya-dasar-dalam-kesusastraan/
https://sintakusumasworowardhani.wordpress.com/2014/11/11/makalah-manusia-dan-cinta-kasihilmu-budaya-dasar/